Ini bukan main-main. Harus dihadapi dengan pola berpikir out of the box. Yaitu pola berpikir yang tidak biasa, tetapi tetap jernih, terukur dan cepat serta taktis

Surabaya (ANTARA) - Ketua DPD RI AA La Nyalla Mahmud Mattalitti meminta Pelindo III menyikapi warning tiga organisasi dunia, yakni WHO, Bank Dunia dan IMF secara simultan terkait ancaman penurunan angka pertumbuhan ekonomi dunia akibat COVID-19.

"Ini bukan main-main. Harus dihadapi dengan pola berpikir out of the box. Yaitu pola berpikir yang tidak biasa, tetapi tetap jernih, terukur dan cepat serta taktis," kata La Nyalla di Surabaya, Rabu.

La Nyalla yang sebelumnya mengunjungi Kantor Pusat Pelindo III kepada wartawan mengatakan, dirinya meminta kepada Pelindo III jangan sampai terlambat melakukan langkah dan antisipasi.

Baca juga: DPD RI apresiasi OJK buka hotline pusat pengaduan kredit

"Sebab, Tanjung Perak merupakan salah satu pintu gerbang Indonesia. Sebagai kolektor sekaligus distributor barang dari dan ke Kawasan Timur Indonesia, termasuk Jawa Timur. Jangan sampai posisi strategis ini berantakan karena kita terlambat," katanya menegaskan.

Ia mengatakan, WHO telah menyatakan bahwa COVID-19 telah menjadi pandemik, dan Bank Dunia mengingatkan agar semua negara bersiap mengalami penurunan angka pertumbuhan ekonomi, sementara Dana Moneter Internasional (IMF) menyimpulkan pandemik COVID-19 akan membawa dunia memasuki resesi global.

"Karena itu, langkah yang diambil harus simultan, antara menjalankan protokol penanggulangan COVID-19 dengan protokol siaga resesi global dan penurunan pertumbuhan ekonomi," tuturnya.

La Nyalla mengaku sengaja meminta direksi Pelindo III untuk menyikapi, dan membuat langkah yang solutif, sebab saat ini salah satu penopang untuk menghadapi penurunan pertumbuhan ekonomi dan pelambatan ekonomi global adalah belanja pemerintah, baik itu APBN maupun APBD. Oleh karena itu proyek-proyek strategis pemerintah harus diupayakan tetap dijalankan.

Baca juga: La Nyalla minta DPD pastikan distribusi APD sampai ke daerah

"Saya sudah sampaikan kepada Presiden dan Menteri BUMN, agar peran dan keterlibatan swasta justru harus dipacu di saat-saat seperti ini. Anak dan cucu serta cicit perusahaan BUMN harus mengalah. Berhenti dulu. Kencangkan ikat pinggang. Agar arus belanja APBN dan APBD dapat mengalir ke swasta. Tidak ada teori lain. Kalau swasta masih bisa hidup, PDRB masih menyumbang ekonomi makro, maka pertumbuhan ekonomi, khususnya di Jawa Timur masih ada harapan," ujar La Nyalla yang juga mantan ketua umum Kadin Jawa Timur itu.

La Nyalla menyinggung beberapa langkah stimulus yang telah diambil pemerintah pusat, baik stimulus fiskal maupun non-fiskal. Termasuk Instruksi Presiden nomor 7 tahun 2019 tentang kemudahan dunia usaha dan Peraturan Presiden nomor 80 tahun 2019 tentang percepatan pembangunan ekonomi kawasan di Jawa Timur.

"Pelindo III sebagai BUMN harus seirama dengan semangat pemerintah saat ini, yakni fokus menyelamatkan bangsa ini dari jurang krisis. Lupakan sejenak tugas utama sebagai penyumbang pendapatan negara. Tetapi fokuskan kebijakan kita untuk menyelamatkan tonggak perekonomian nasional kita di tengah wabah COVID-19 ini," ucapnya.

Sementara itu, Drektur Utama Pelindo III Doso Agung mengaku siap memperhatikan arahan Ketua DPD RI dan masukan dari sejumlah pemangku kepentingan pelabuhan Tanjung Perak yang hadir.

"Secara prinsif, di tengah menghadapi pandemik COVID-19, Pelindo III bertekad tetap melakukan upaya maksimal untuk menjamin arus logistik tetap berjalan, sehingga kebutuhan masyarakat tetap terpenuhi. Tentu tetap dengan menjalankan protokol kesehatan untuk melindungi semua orang dan stakeholder di pelabuhan," katanya.

Baca juga: DPD dukung pemerintah belum ambil kebijakan "lockdown"

Pewarta: A Malik Ibrahim
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2020