Jakarta (ANTARA News) - Calon presiden dari Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dinilai lebih tepat jika menggandeng tokoh partai politik sebagai calon wakil presidennya.

Hal itu dikemukakan pengamat politik Bima Arya Sugiarto di Jakarta, Kamis, menanggapi kemungkinan pilihan akhir SBY jatuh pada tokoh nonparpol.

"Sebaiknya SBY mengambil orang partai yang memiliki kemampuan operasional politik, terutama di parlemen, untuk mengamankan pemerintahan," katanya.

Idealnya, kata Bima, SBY mengambil cawapres dari Partai Golkar, namun hal itu tidak mungkin dilakukan jika mengacu pada pernyataan tokoh Partai Demokrat, Hayono Isman, bahwa Demokrat tidak akan mengambil tokoh yang tak didukung partai.

Kecuali, jika Golkar tiba-tiba berbalik arah dengan menggelar forum yang memutuskan berkoalisi dengan Demokrat dan mengajukan cawapres yang tentunya bukan Jusuf Kalla.

SBY, kata Bima, juga tidak mungkin mengambil cawapres dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) karena citranya di mata internasional akan menurun.

Menurut Bima, tokoh partai yang memenuhi kriteria yang diajukan SBY adalah Hatta Radjasa, hanya saja masih ada ganjalan di partainya, Partai Amanat Nasional (PAN), meski Ketua Majelis Pertimbangan Partai PAN Amien Rais memberikan dukungan.

Belum juga diumumkannya cawapres pasangan SBY, menurut Bima, karena SBY sendiri hingga saat ini masih belum menemukan tokoh yang bisa mengamankan agendanya, yakni memenangkan pilpres, mengamankan pemerintahan, dan suksesi 2014.

"SBY berputar-putar di tiga faktor itu. Ini memang susah meramunya," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009