Denpasar (ANTARA News) - Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat, James L Jones, mengungkapkan berbagai kebijakan luar negeri baru Presiden Barrack H Obama selama 100 hari kepemimpinannya yang mengedepankan dialog dengan berbagai pihak dan bersiap untuk menghadapi tantangan global.

Dalam siaran pers yang diterima ANTARA, di Denpasar, Kamis petang, Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta menyatakan lima strategi besar kebijakan luar negerinya, dengan cara bersedia lebih mendengar dan berbicara dengan seteru, ancaman terorisme dan proliferasi nuklir, wabah penyakit, hingga program penyelamatan nyata mengatasi krisis keuangan global.

Menurut Jones, pertama kali Obama berkomitmen untuk menyusun kembali kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang menjamin keamanan bagi rakyat negara itu, negara-negara sekutu, dan sahabat. " Komitmen global yang dibuat berdasarkan kepentingan bersama dan rasa saling menghormati adalah titik awal kebijakan luar negeri kami,` katanya.

Bila di kemudian hari muncul situasi dimana pendekatan seperti ini tak dapat digunakan, katanya, Amerika Serikat akan bersedia mendengarkan dan berbicara dengan pihak-pihak yang berseteru untuk mengedepankan kepentingan nasional serta kepentingan negara-negara yang bergantung pada kepemimpinan AS dalam isu-isu keamanan.

"Dalam situasi di mana penggunaan kekuatan tak dapat dihindari, pihak yang berseteru dengan kami hendaknya tidak berangan-angan dalam memperkirakan hasil akhirnya. Inilah alasan mengapa kami akan terus mempertahankan Angkatan Bersenjata kami sebagai yang terbaik serta paling diperhitungkan dan dihormati di seluruh dunia," katanya.

Amerika Serikat bukan cuma berkomitmen belaka melainkan berupaya keras mewujudkan hal itu. Selama tiga bulan terakhir ini, katanya, komunitas keamanan nasional termasuk para diplomat AS yang bertugas di luar negeri terlibat dalan upaya diplomasi yang aktif dan efektif untuk mengatasi berbagai macam tantangan yang harus dihadapi.

"Sampai saat ini, hasilnya cukup menjanjikan namun masih banyak yang harus dilakukan," kata Jones.

Dengan komunitas muslim di seluruh dunia, Obama juga berkomitmen terus menjalin dialog mendalam dan positif. Inilah kiranya yang menjelaskan mengapa Obama mengatakan kepada rakyat dan pemimpin Iran bahwa dia ingin membangun satu dialog baru mengenai berbagai isu yang dihadapi.

"Akhirnya, itu juga mengapa ia menegaskan secara jelas bahwa Amerika Serikat tidak dan tidak akan pernah berperang melawan Islam," katanya.

Hal penting yang juga menjadi pokok kebijakan baru luar negeri negara itu adalah upayanya untuk memecah, membongkar, dan mengalahkan Al Qaeda. Upaya itu terus dilakukan sekalipun negara itu memutuskan mengurangi jumlah pasukannya di Irak sesuai dengan kesepakatan "Status of Forces Agreement" yang dirundingkan dengan pemerintah Irak.

"Hal itu dilakukan sambil membantu rakyat Irak mendapatkan tanggung jawabnya atas masa depan kedaulatannya sendiri," katanya.

Hal ketiga, kata Jones, adalah upaya Obama menjajaki pendekatan yang bersifat umum untuk mengatasi berbagai tantangan global.

Obama membantu membangun konsensus penting mengenai langkah-langkah nyata mengatasi krisis keuangan global seperti kerangka peraturan global yang baru, meningkatkan bantuan bagi negara-negara berkembang, dan komitmen baru atas perdagangan yang bebas dan adil.

Amerika Serikat telah memberi sinyal atas keinginannya untuk tetap memimpin di beberapa prakarsa penting yang sangat signifikan bagi bumi kita ini dalam memajukan kemitraan di bidang energi yang bersih dan perubahan iklim, dimulai dari pertemuan persiapan pertama Forum Ekonomi Utama tentang Energi dan Iklim.

"Presiden Obama menafikan pilihan yang menyesatkan antara keamanan Amerika dan prinsip yang dianut.

Pada hari pertama menjabat, ia memerintahkan penutupan penjara Teluk Guantanamo dalam satu tahun, melarang teknik-teknik interogasi penahanan terkini, dan secara gamblang menegaskan tanpa ada pengecualian atau dalih bahwa Amerika Serikat sepenuhnya mendukung Konvensi Jenewa dan tidak mempraktikan ataupun mentolerir bentuk-bentuk penyiksaan," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009