Jakarta (ANTARA News) - Mantan Menteri Lingkungan Hidup, Emil Salim, mengatakan, abrasi yang terjadi di pantai utara Jakarta akan menjangkau radius 160 kilometer (km) luas wilayah Jakarta pada tahun 2050.
"Monas sudah akan tergenang air laut pada 2050 nanti," kata Emil Salim usai berbicara di Seminar Konferensi Kelautan Dunia di Universitas Indonesia, Jakarta, Kamis.
Setiap tahun abrasi akan mencapai satu hingga tiga meter dari bibir pantai utara Jakarta. Sehingga, berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 2007 tersebut, ia mengatakan, total wilayah Jakarta yang akan tergenang air laut mencapai 160 km.
Ia menyebut beberapa daerah yang akan tertutup air laut antara lain Ancol, Pantai Indah Kapuk, Koja, dan Tanjung Priok.
"Bayangkan berapa juta masyarakat yang akan kehilangan rumah tinggal," ujar Emil Salim.
Menurut pakar lingkuangan hidup ini, masih ada cukup waktu, yakni 43 tahun, untuk mencegah perluasan abrasi di pantai utara Jakarta.
Beberapa usaha yang dapat diupayakan untuk membendung kenaikan air laut ini, yakni mencontoh Venesia dan Belanda dengan membangun dasar laut dengan semacam bendungan-bendungan sehingga kenaikan laut bisa ditahan.
"Tapi ini membutuhkan dana besar dan teknologi yang mahal," katanya.
Langkah lain yang dapat dilakukan adalah "berperang" dengan alam dengan membentengi abrasi dengan mangrove.
"Setiap kali air laut surut kita tanami bagian surut itu dengan mangrove. Kita rebut pantai yang sudah diambil oleh laut," ujar dia.
Beberapa pesisir yang harus diperjuangkan adalah pantai utara Jawa, pantai timur Sumatera, pantai barat Kalimantan. Sedangkan daerah yang padat penduduk yakni pantai utara Jawa, Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan.
Guna beradaptasi dengan kondisi kenaikan air laut, maka harus mulai dikembangkan pulu cara hidup dengan mencontoh kota terapung seperti Palembang, Banjarmasin, dan Pontianak.
"Mereka telah menggunakan sistem kota terapung, sehingga saat air sungai naik maka mereka tidak terganggu," tambah dia.
Terakhir, ia mengatakan, pemerintah sudah harus memikirkan membangun kota laut, seperti yang terjadi pada masyarakat Bajo.
"Benar-benar kota laut. Perumahan terapung di atas laut, ada pasarnya, ada jalan-jalannya, hanya saja tidak menggunakan mobil tetapi menggunakan perahu tentunya," kata Emil Salim.
(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009