Jakarta (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Maret 2020 sebesar 0,10 persen. Dengan demikian, inflasi tahun kalender Maret 2020 sebesar 0,76 persen. Sementara itu, inflasi tahunan Maret 2020 sebesar 2,96 persen.
"Angkanya di bawah 3 persen, sehingga saya bisa simpulkan bahwa inflasi pada Maret 2020 terkendali," kata Kepala BPS Suhariyanto saat menggelar konferensi video di Jakarta, Rabu.
Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,10 persen.
Baca juga: BPS: Inflasi Maret 2020 sebesar 0,10 persen
Selain itu, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,12 persen; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,02 persen; kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,28 persen.
Kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi, yaitu kelompok transportasi sebesar 0,43 persen dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,09 persen. Sementara kelompok pengeluaran yang tidak mengalami perubahan, yaitu kelompok pendidikan.
Kecuk memaparkan, dari 90 kota Indeks Harga Konsumen (IHK) yang dipantau BPS, terdapat 43 kota yang mengalami inflasi, dan 47 kota yang mengalami deflasi.
Baca juga: Sensus Penduduk Online diperpanjang hingga 29 Mei
Inflasi tertinggi terjadi di Lhokseumawe, di mana inflasi maret 2020 sebesar 0,64 persen, dan faktor utama yang menjadi pemicu inflasi adalah kenaikan berbagai jenis ikan dan kenaikan harga emas perhiasan.
Adapun deflasi tertinggi terjadi di Timika, yaitu minus 1,91 persen, di mana penyebab utamanya adalah turunnya harga tiket angkutan udara, sehingga sumbangannya kepada deflasi adalah 0,77 persen.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020