Jakarta (ANTARA News) - Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) meningkatkan koordinasi seiring adanya kedaruratan kesehatan publik menyusul munculnya virus flu babi yang dikhawatirkan dapat mengancam kawasan Asia Tenggara.
"Kawasan memiliki keperluan untuk mengatasi kondisi terakhir dan saya saat ini juga berkoordinasi dengan seluruh menteri kesehatan ASEAN untuk menyiapkan kerjasama dan dukungan yang diperlukan," kata Sekretaris Jenderal ASEAN Surin Pitsuwan dalam pernyataannya yang dikeluarkan oleh Sekretariat ASEAN di Jakarta, Rabu.
ASEAN, bersama dengan Badan Kesehatan Dunia (WHO), telah memiliki sejumlah pengalaman pada 2007, 2008, dan 2009 untuk berkerja sama dengan pejabat kesehatan ASEAN dan untuk memastikan pengiriman Tamiflu dan Ralenza secara langsung dan efisien ke negara-negara yang membutuhkan.
Tamiflu dan Relenza dapat digunakan untuk memulihkan gejala seperti yang ditimbulkan oleh flu babi dan untuk mencegah penyebaran penyakit di antara mereka yang terinfeksi virus itu.
Dalam kerjasamanya dengan Jepang, ASEAN telah memiliki 500 ribu persediaan antivirus (Tamiflu dan Ralenza) di Singapura dan tambahan 500 ribu yang lain telah didistribusikan ke seluruh negara anggota ASEAN.
"Kami telah menyiapkan sistem untuk menyebarkan antivirus itu jika ada pandemi," kata Surin.
Ia mengatakan bahwa Sekretariat ASEAN akan bersiaga penuh selama 24 jam sehari untuk mengantisipasi permintaan antivirus dari negara anggota.
"Sekretariat ASEAN juga telah menyusun sebuah telekonferensi dengan para pejabat kesehatan di kawasan, para pakar untuk membicarakan penyakit itu," katanya.
Telekonferensi itu bertujuan untuk mengkaji tindakan pencegahan yang akan dilakukan oleh para anggota ASEAN dan keperluan untuk memiliki kesamaan sikap dalam upaya mengamankan kawasan, terkait dengan misal pengawasan, karantina, lintas batas dan isu-isu lain.
Pergerakan sumber daya tambahan dari antivirus ASEAN dan peralatan perlindungan diri pribadi juga dijadwalkan ada dalam agenda pembicaraan antara ASEAN dan para pejabat kesehatan kawasan itu.
Upaya kawasan diharapkan dapat membantu upaya-upaya yang telah dilakukan oleh setiap negara anggota ASEAN guna memastikan persiapan untuk menghadapi flu babi.
Kamboja, misalnya, telah meningkatkan pengawasan terhadap penyakit pernafasan tidak biasa di rumah sakit, pusat kesehatan dan bandara. Kamboja juga menyiapkan antivirus.
Sementara itu Filipina telah meningkatkan pengawasan di setiap bandara lokal maupuan internasional dan melakukan pemeriksaan suhu pada setiap penumpang pesawat dari negara-negara yang dilaporkan memiliki kasus flu babi.
Sekretariat ASEAN juga melanjutkan kerja sama dengan WHO dan lembaga kesehatan kawasan, kata Surin.
Menurut WHO --yang telah mengumumkan kejadian itu sebagai suatu kedaruratan kesehatan publik-- fase tiga penyebaran virus ditandai dengan munculnya kasus sporadis dari penyakit itu di manusia dengan transmisi terbatas antar manusia.
Sedangkan fase empat didefinisikan sebagai terjadinya transmisi antar manusia dan kemungkinan munculnya wabah di masyarakat. WHO telah menekankan kasus ini memiliki resiko menjadi pandemi.
(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009