Siti Fadilah mengemukakan hal itu di Jakarta, Rabu, menanggapi pemberitaan AFP yang dikutip ANTARA News tentang pernyataannya mengenai penularan virus flu babi.
Dia juga meminta media tidak memperkeruh suasana terkait penularan penyakit flu babi dengan berspekulasi dan berandai-andai, namun lebih mengedepankan upaya-upaya yang telah dan akan dilakukan untuk mengantisipasi penyebarannya.
Ia menjelaskan, meski kasus itu belum dilaporkan terjadi di Indonesia namun pemerintah sudah memiliki kapasitas memadai untuk mengantisipasi penyebaran virus influenza karena sejak penyakitflu burung merebak pada 2005 berbagai upaya sudah dilakukan untuk mencegah dan mengantisipasi kejadian luar biasa influenza.
Pemerintah sudah menyiapkan berbagai fasilitas pendukung termasuk Puskesmas, rumah sakit dan laboratorium pemeriksaan, membentuk jaringan surveilans penyakit influenza, membentuk jejaring komunikasi antar pihak terkait, serta memberikan pelatihan kepada petugas kesehatan dan relawan.
"Kita juga termasuk maju dalam penanganan flu burung dan beberapa kali sudah melakukan simulasi mengenai itu. Kemampuan ini juga bisa digunakan untuk mengantisipasi penyebaran penyakit lain termasuk flu babi ini," katanya.
Pemerintah, kata Menteri Kesehatan, juga masih memiliki cukup stok obat antivirus oseltamivir yang efektif untuk pengobatan flu burung dan penyakit influenza babi yang disebabkan oleh virus influenza tipe A subtipe H1N1.
"Jadi kita tidak perlu terlalu takut dan khawatir, hanya harus tetap waspada karena tahun 1918 virus H1N1 pernah menyebabkan wabah influensa yang mengakibatkan puluhan juta orang meninggal dunia di Spanyol," jelas Menteri Kesehatan.
Ia menjelaskan, masyarakat bisa mencegah penularan penyakit tersebut dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat, misalnya dengan mencuci tangan sebelum makan serta setelah buang air dan melakukan kontak dengan binatang.
Sebelumnya, menyusul merebaknya kasus flu babi di Amerika Utara, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan kejadian flu babi sebagai kedaruratan kesehatan publik yang butuh perhatian internasional (Public Health Emergency of International Concern/PHEIC) berdasarkan masukan Emergency Committee.
Direktur Jenderal WHO Margaret Chan meminta negara-negara anggota WHO untuk meningkatkan pengawasan terhadap kasus serupa influensa (Influenza-Like Illness/ILI) dan pneumonia berat namun belum merekomendasikan penerapan peringatan dan larangan perjalanan ke negara-negara dengan kasus flu babi.
(*)
Pewarta:
Copyright © ANTARA 2009
“Kalau digandengkan di laboratorium bisa dalam waktu hitungan detik. Tapi kalau secara natural atau alami itu tidak bisa,” ujarnya.