Bandarlampung (ANTARA) - Dinas Kesehatan Provinsi Lampung meminta masyarakat tidak panik terhadap keluarga pasien positif COVID-19, sebab semua sudah diperiksa bersama orang-orang yang pernah berinteraksi langsung dengan mereka (pasien COVID-19).
"Kita sudah melakukan penelusuran (tracing) terhadap keluarga dan rekan pasien positif corona, bahkan juga sudah mengecek kesehatannya," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung Reihana di Bandarlampung, Selasa.
Baca juga: Dinkes: Pasien positif COVID-19 di Lampung jadi 4 orang
Baca juga: Kondisi pasien positif COVID-19 di Lampung stabil
Ia mengatakan perlu diketahui masyarakat bahwa dalam melakukan tracing kepada orang-orang yang diduga atau pernah bersentuhan langsung dengan pasien COVID-19, pihaknya akan mengumpulkan mereka dalam satu tempat yang aman.
"Jadi masyarakat tak perlu resah dan berprasangka apakah keluarganya sudah diperiksa atau belum, yang jelas ketika seseorang dinyatakan positif terinfeksi virus ini, kami akan memeriksa keluarga terdekat dan bersama yang lainnya, bahkan tempat pemeriksaannya pun aman, karena kita tidak mungkin mendatangi rumah mereka satu per satu," kata dia.
Dia mengatakan dalam mengumpulkan keluarga pasien yang akan dilakukan pemeriksaan oleh tim, pihaknya akan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, nanti mereka lah yang akan menyampaikan kepada mereka yang akan dilakukan pengecekan.
Ia menegaskan tidak mungkin pihaknya mempublikasikan ke masyarakat bahwa sedang melakukan pemeriksaan kepada keluarga pasien COVID-19, karena nantinya akan menimbulkan stigma yang tidak enak.
Baca juga: Pemprov Lampung diminta tambah ruang isolasi di RS rujukan
"Dalam bertugas kami tetap menjaga kode etik dan stigma di masyarakat, jadi tidak mungkin kami menyebarluaskan alamat dan nama, baik itu pasien positif corona maupun keluarga dan pihak lainnya, kita juga tetap melakukan pantauan dan memberikan edukasi kepada mereka," tuturnya.
Reihana mencontohkan bila masyarakat tahu bahwa di lingkungan mereka ada orang yang terinfeksi virus corona atau keluarga dari pasien yang terkena virus, pasti akan ada konflik di dalamnya, sehingga pihaknya menghindari itu.
"Mungkin keluarga pasien akan diteror dan menjadi stigma, kasihan kan bila itu terjadi. Ini buka lah ego sektoral kami yang ingin menyimpan data diri pasien dan keluarganya," kata dia.
Pewarta: Dian Hadiyatna
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020