Plt Menko Perekonomian/Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan hal itu Selasa malam dalam pertemuan dengan pemred dan redaktur media massa di Gedung Djuanda I Departemen Keuangan Jakarta.
ST ADB ke-42 itu akan berlangsung pada 2-5 Mei 2009 di Nusa Dua Bali, antara lain akan membahas penambahan modal ADB dalam rangka memberdayakan lembaga keuangan regional menghadapi krisis global.
"Saya akan berkantor di sana selama sekitar satu minggu sejak 30 April ini," kata Menkeu yang saat ini juga menjadi Ketua Dewan Gubernur ADB.
Mengenai sikap Indonesia atas rencana penambahan modal itu, Menkeu mengatakan, Pemerintah Indonesia akan menjaga agar porsi kepemilikan sahamnya di Bank Pembangunan Asia (ADB) tidak mengalami penurunan.
"Dari sisi Menkeu, kita akan fokus bagaimana menjaga share saham sebagai pemegang saham keenam terbesar di ADB agar tidak terjadi dilusi," katanya.
Dengan adanya penambahan modal, semua pemegang saham harus menaikkan kontribusinya, kalau ada negara yang mungkin tidak mau menambah sehingga mengalami dilusi maka bagian itu akan diambil alih oleh negara lain.
"Untuk itu dari sisi menkeu kita akan fokus bagaimana menjaga share saham sebagai pemegang saham keenam terbesar di ADB agar tidak terjadi dilusi," tegasnya.
Menkeu menyebutkan, karena berimplikasi ke anggaran negara maka pemerintah akan menyampaikan hal itu ke DPR melalui APBNP 2009 atau melalui APBN 2010.
"Untuk tahapan pembayarannya akan kita lihat dulu perencanaan anggarannya," katanya.
Indonesia bergabung ke dalam ADB sejak 1966 dan saat ini merupakan pemegang saham terbesar kelima di antara para anggota di tingkat regional dan pemegang saham terbesar keenam di antara seluruh anggota yang berjumlah 67.
Indonesia memiliki 192.700 (5,43 persen) saham ADB dengan hak suara 205.932 atau 4,65 persen. Saat ini modal ADB sekitar 50 miliar dolar AS dan akan dinaikkan menjadi sekitar 150 miliar dolar AS. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009