New York, (ANTARA News - Saham-saham Wall Street terhuyung melemah pada Selasa waktu setempat, karena kecemasan terhadap meluasnya flu babi dan melemahnya sistem perbankan, menutup hasil sebuah survei yang menunjukkan kepercayaan konsumen AS meningkat, kata para dealer.

Indeks Dow Jones Industrial Average turun tipis 8,05 poin, atau 0,10 persen, menjadi ditutup pada 8.016,95, dalam sebuah sesi perdagangan yang berubah-ubah menunjukkan ayunan moderat dalam kedua arah, demikian dikutip dari AFP.

Indeks komposit saham teknologi Nasdaq menyusut 5,60 poin, atau 0,33 persen, menjadi 1.673,81 dan indeks Standard & Poor`s 500 kehilangan 2,35 poin, atau 0,27 persen, menjadi 855,16.

Perdagangan berlangsung hati-hati karena pejabat kesehatan dunia meningkatkan level peringatan mereka dan korban tewas akibat flu babi mencapai lebih dari 150 orang di Meksiko.

Ditambah lagi, para investor mengkhawatirkan laporan Wall Street Journal bahwa Federal Reserve telah menganjurkan Citigroup dan Bank of America, bahwa mereka perlu memperkuat permodalan menyusul hasil "stress tests" (uji ketahanan) yang dilakukan oleh otoritas.

Tetapi suasana cerah muncul, setelah Conference Board melaporkan indeks kepercayaan konsumen April naik menjadi 39,2 dari 26,9 sebulan sebelumnya, di tengah sebuah sinyal harapan penuh untuk belanja konsumen, pendorong utama aktivitas ekonomi AS.

Ian Shepherdson, kepala ekonom AS pada High Frequency Economics, menjuluki survei tersebut "sebuah kejutan menyenangkan," namun mewaspadai bahwa "jumlah itu masih sangat lemah."

Lainnya memandang hasil survei tersebut sebagai sebuah poin peralihan potensial untuk ekonomi.

"Kondisi konsumen saat ini terlihat terus suram, namun prospeknya menjadi lebih baik, terutama untuk kondis pekerjaan dan bisnis," kata Scott Hoyt dari Moody`s Economy.com.

"Ini sebuah sinyal sangat positif untuk prospek ekonomi dan menyediakan kepercayaan lagi bahwa resesi tidak akan berlanjut melewati akhir tahun ini."

Wall Street dan pasar-pasar lainnya masih fokus pada munculnya flu babi.

Patrick O`Hare dari Briefing.com mengatakan, aksi pasar baru-baru ini, memberikan kesan "pasar ketakutan terhadap flu babi, namun tidak sepenuhnya menakutkan sepeti yang diberikan pengalaman lalu oleh SAR dan flu burung."

Dia menambahkan, pasar dalam "sebuah periode normal dari konsolidasi setelah berlari kuat," yang telah mendorong naik pasar secara keseluruhan sekitar 27 persen sejak awal Maret.

"Ketajuktan terhadap flu babi hanya akan lebih mempersulit kemajuan saham-saham saat ini," kata dia.

Pasar juga sedang menunggu hasil pertemuan dua hari Federal

Reserve pada Rabu, yang diperkirakan bank sentral masih mempertahankan kredit longgarnya dalam upaya mengangkat ekonomi yang terpuruk.

"The Fed barangkali akan menunjuk terus melemahnya pasar perumahan dan otomotif serta dalam ketenagakerjaan karena berlanjutnya risiko pada ekonomi," kata Fred Dickson dari DA Davidson & Co.

"Pernyataan the Fed dapat memperlembut ekspektasi yang berkembang dari para investor bahwa ekonomi siap keluar dari posisi terbawahnya."

Di antara saham-saham dalam fokus, Pfizer turun 0,74 persen menjadi 13,39 dolar AS, setelah melaporkan labanya melampaui ekspektasi namun prospek untuk waktu yang tersisa 2009 masih suram.

IBM bertambah 1,99 persen menjadi 101,94 dolar AS karena perusahaa raksasa komputer ini meningkatkan dividennya.

Para peritel juga merespon membaiknay kepercayaan konsumen, dengan Wal-Mart turun 0,08 persen menjadi 48,47 dolar dan Home Depot naik 0,73 persen menjadi 26,07 dolar AS.

Sementara obligasi turun. Imbal hasil (yield) obligasi negara berjangka 10-tahun meningkat menjadi 3,002 persen dari 2,921 persen pada Senin, pada obligasi negara AS berjangka 30-tahun naik menjadio 3,955 persen terhadap 3,838 persen. Harga dan yield obligasi bergerak dalam arah berlawanan.(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009