London (ANTARA) - Sebanyak 149 warga negara Indonesia (WNI) yang berada di Fiji, terdiri atas 60 orang anak buah kapal (ABK), sekitar 60 orang pekerja imigran Indonesia (PMI- nama baru dari TKI), dan selebihnya personil KBRI dan keluarganya, semuanya selamat bebas COVID-19 yang sudah menyebar ke seluruh dunia.

Sementara di Fiji sendiri, terdapat lima warganya terkena COVID-19, dan sudah diberlakukan jam malam (curfew) dari pukul 10 malam hingga 5 pagi sejak Senin (30/3).

Dubes Indonesia untuk Fiji, Benyamin Scott Carnadi kepada Antara London, melalui siaran pers Selasa mengatakan bahwa untuk mencegah berkembangnya COVID-19, Pemerintah Fiji menyediakan masker, hand sanitizers dan sarung tangan yang cukup bagi penduduknya, termasuk residents dan pekerja pendatang.

"Ada beberapa pekerja migran kita yang bekerja di kapal penangkap ikan yang tidak menetap di Fiji, dan sifatnya temporarily, yaitu saat kapal bersandar mereka berada di Fiji dan pada waktu lainnya kembali melaut untuk beberapa bulan di luar Fiji," demikian menurut keterangan Benyamin.

Seluruh penerbangan dalam dan luar negeri telah dihentikan sejak 23 Maret 2020 lalu dan seluruh kapal penumpang antar-pulau juga dihentikan operasinya sejak 29 Maret 2020 lalu, kecuali kapal kargo mengangkut suplai logistik makanan.

Pemerintah Fiji telah membangun sebanyak 32 klinik demam (fever clinics) dan satu rumah sakit khusus isolasi COVID-19, Navua Hospital, bantuan dari China, agar warga tidak perlu jauh-jauh ke rumah sakit yang jumlahnya tidak banyak dan merupakan warisan jaman kolonial Inggris, seperti Colonial War Memorial Hospital.

"Jumlah penduduk Fiji hanya sekitar 900 ribu, yang relatif mudah diatur," kata Benyamin Scott.

Fiji adalah anggota Persemakmuran, masih menyandang bendera Union Jack di bendera nasionalnya sama seperti halnya Australia dan Selandia Baru, negara kepulauan dengan jumlah pulau 300 dengan dua pulau utama, yaitu Pulau Viti Levu dimana ibukota Suva berlokasi, dan Pulau Vanua Levu.

Meski merhasil memproduksi seluruh kebutuhan makanan pokoknya, namun sektor yang paling terpukul di Fiji adalah pariwisata karena kehidupan di seluruh dunia seperti terhenti akibat merebaknya wabah virus corona.

"Kesulitan baru terjadi bila krisis ini melebihi enam bulan, karena bagaimanapun juga pariwisata yang mempekerjakan 25 ribu penduduk Fiji secara langsung dan ratusan ribu tidak langsung yang akan terkena dampaknya," kata Benyamin.

Baca juga: Fiji nun jauh di Pasifik pun hentikan semua kompetisi

Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020