"Contoh sederhana di piring makan kita komposisinya adalah sepertiga sumber karbohidrat, sepertiga adalah sayuran, sepertiga sisanya adalah untuk sumber protein, vitamin dan mineral," ujar dosen Program Studi Gizi Kesehatan Universitas Gadjah Mada (UGM) itu ketika dihubungi dari Jakarta, Selasa.
Menurut dia, yang patut menjadi perhatian adalah sumber sayuran karena terkadang komposisi makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia tidak memiliki banyak sayuran yang mengandung banyak serat.
Hal itu diperkuat dengan fakta bahwa menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 yang mencatat bahwa masih banyak penduduk Indonesia yang tidak mengonsumsi sayuran dan buah-buahan.
Baca juga: Gaya hidup sehat dimulai dari makanan bernutrisi
Menurut data tersebut, proporsi konsumsi buah dan sayur kurang dari lima porsi per hari pada penduduk berusia lebih dari lima tahun rata-rata di Indonesia mencapai 95,5 persen. Berarti hanya 4,5 persen masyarakat Indonesia yang mengonsumsi lebih dari lima porsi buah dan sayur per hari dalam sepakan.
Dia juga menekankan pentingnya mengonsumsi makanan yang memiliki banyak kandungan vitamin C dan zinc yang dapat membantu sistem kekebalan tubuh di tengah pandemi yang disebabkan virus corona jenis baru ini.
Namun, kata dia, melihat tren konsumsi multivitamin untuk membantu memenuhi kekurangan nutrisi tertentu Fasty memperingatkan bahwa hal itu tidak dapat menggantikan pola konsumsi makanan yang sehat.
Baca juga: Kemenkes dorong kesadaran tentang perlunya makanan bergizi seimbang
"Multivitamin itu prinsipnya kita konsumsi pada saat kita membutuhkan jadi misalnya kita sudah mendapat cukup asupan dari makanan, multivitamin tidak dikonsumsi sebenarnya tidak apa-apa," ujarnya.
Baca juga: Porsi sarapan dan makan malam yang benar
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2020