Singapura, (ANTARA News) - Harga minyak terus turun selama perdagangan di Asia, Selasa, di tengah kekhawatiran merebaknya flu babi di dunia yang akan menghantam perjalanan, yang menyebabkan turunnya permintaan minyak, kata kalangan analis.

Kontrak utama minyak jenis ringan (light sweet crude) di New York untuk pengiriman Juni anjlok 20 persen menjadi 49,94 dolar AS per barel, demikian dikutip dari AFP.

Sementara harga minyak Laut Utara Brent untuk pengiriman Juni turun enam sen menjadi 50,26 dolar.

"Perhatian bahwa merebaknya flu burung mungkin mematahkan perjalanan udara yang negatif untuk harga minyak," kata David Moore, analis komoditas di Commonwealth Bank of Australia di Sidney.

Flu babi merebak dari Meksiko meningkatkan kekhawatiran munculnya pandemik dunia setelah diduga terjangkit dan dikonfirmasikan mengenai kasus ini terdeteksi di bagian Eropa, AS, dan Selandia Baru.

Kalangan analis mengatakan flu babi, penyakit pernafasan yang menular dan kadang fatal di antara babi, yang potensial berdampak pada industri penerbangan dunia jika merebak dalam waktu cepat.

Epidemi terakhir yang sempat mencederai sektor perhubungan udara terjadi pada 2003 ketika Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) menekan perjalanan udara dan membuat sektor ini jatuh terjerembab.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Senin, menaikkan peringatan pandemik flu ini dari tiga menjadi empat, di kriteria ini menandakan "kenaikan yang sugnifikan dalam resiko pandemik".

"Untuk saat ini, berita soal flu telah menghantui potensi perekonomian dunia sehingga pasar melakukan evaluasi terhadap prospek pemulihanekonomi," kata analis JP Morgan Research, Lawrence Eagles.(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009