Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia mendesak Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) menerbitkan instrumen pembiayaan model baru yang lebih fleksibel agar IMF bisa merespon kebutuhan negara anggota secara efektif.
Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Paskah Suzetta di Jakarta, Senin, mengatakan desakan penerbitan instrumen itu RI dalam pertemuan Komite Pembangunan tingkat Menteri (Joint Ministerial Development Committee Meeting) 26 April 2009 di sela Pertemuan Musim Semi (Spring Meeting) Bank Dunia - IMF di Washington DC 25-26 April 2009.
Paskah yang juga menjabat Alternate Governor Bank Dunia mewakili kelompok Voting Asia Tenggara mengatakan, pembiayaan model baru yang lebih fleksibel diperlukan agar pembiayaan IMF tak lagi mengundang kontroversi dan pertentangan negara-negara anggota yang dibiayai.
"Hal tersebut (model pembiayaan baru yang lebih fleksibel) akan membantu menghilangkan stigma negatif IMF dalam menangani krisis tahun 1997-1998 lalu," katanya.
Menurut Paskah, negara-negara di dunia membutuhkan pendanaan cukup besar dalam rangka mengatasi dan mencegah krisis perekonomian global akhir-akhir ini.
Salah satu dasar kebutuhan itu adalah melakukan stabilisasi aspek moneter masing-masing negara yang merupakan wilayah kerja IMF.
Indonesia pernah memiliki pengalaman buruk terkait pinjaman dari IMF, tambahnya. Guna menanggulangi krisis yang berlangsung pada 1997-1998, IMF berkomitmen mengucurkan pinjaman senilai 43 miliar dolar AS dari total komitmen pembiayaan global 86 miliar dolar AS.
Komitmen pinjaman itu disertai syarat-syarat seperti memangkas pengeluaran pemerintah untuk sektor sosial (subsidi), melakukan deregulasi ekonomi, dan menjalankan privatisasi perusahaan milik negara.
Berdasar kesepakatan G-20 di London akhir Maret lalu, IMF telah menyiapkan bantuan pembiayaan penanggulangan krisis bagi negara-negara yang membutuhkan hingga 750 miliar dolar AS, naik dari komitmen semula sebesar 500 miliar dolar AS.
Komitmen pendanaan itu ditingkatkan oleh IMF mengingat banyaknya negara yang membutuhkan pembiayaan devisa menyusul krisis perekonomian akhir-akhir ini.
Beberapa negara yang sudah mengajukan proposal pinjaman pembiayaan ke lembaga keuangan ini adalah Eslandia, Hongaria, Latvia, Serbia, Ukraina, Belarus, dan Pakistan, dengan total pinjaman 48 miliar dolar AS selain itu IMF juga menyetujui proposal pembiayaan pinjaman untuk Turki.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2009