"Jika koalisi Golkar-PDI Perjuangan terjadi dan mengarah kepada pembicaraan capres dan cawapres. Puan Maharani bisa sebagai cawapres pendamping JK," kata Dosen FISIP Unand Padang itu, Minggu.
Menurut dia, Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati jelas tidak akan mau berada pada posisi wakil dan demikian juga Ketua Umum Golkar itu. Namun, bila kesepakatan dua partai besar tersebut menetapkan pasangan JK-Puan Maharani maju dalam Pilpres mendatang pertarungan akan ketat.
Terkait, pasangan ini akan menjadi perhitungan dalam Pilpres mendatang, karena figur putri Megawati itu, muda, perempuan yang tentunya akan menjadi daya tawar terhadap pemilih.
Menyinggung Puan Maharani belum begitu banyak pengalaman di bidang pemerintahan dan politik, Damsar mengatakan, persoalan itu bisa diatasi kalau memang terpilih nanti, dengan bantuan para staf ahli yang ditunjuknya.
"Cawapres kan pembantu presiden dan kekurangan yang ada bisa dibantu dengan staf ahli. Persoalan dalam Pilpres mendatang berkaitan dengan penawaran yang tepat kepada pemilih," katanya.
Justru itu, kalau penawaran tepat jelas menjadi daya tarik bagi pemilih, ibaratkan orang berdagang, meski produknya kualitas menengah, tetap cara menawarkan membuat pembeli tertarik, tentu pembeli tak ragu "membeli".
Memang Pilpres bukan soal transaksi dagang, kata Damsar, tapi yang menjadi target utama dalam Pilpres mendatang bagi semua calon, bagaimana bisa menang dengan perolehan suara terbanyak, tentu tak terlepas dari figur calon yang diusung.
Menurut dia, jika dari PDI Perjuangan masih Megawati yang tetap maju jadi capres, secara usia sudah tua dan sudah waktunya mengkader penerusnya yang juga purtinya sendiri.
Persoalannya sekarang, katanya, apakah Ketua umum PDI Perjuanga bisa mengalah, ketika Puan diminta untuk menjadi cawapres pendaping JK, sehingga koalisi kedua partainya bisa lebih kuat.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009