Baghdad (ANTARA News/AFP) - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton Sabtu tiba di Baghdad dalam kunjungan mendadak di tengah gelombang kekerasan melanda negara yang beberapa pekan lagi akan ditinggalkan tentara AS.

Hillary mendarat di ibukota Irak sekitar pukul 08:30 waktu setempat, sehari setelah dua penyerang bunuh diri menewaskan 55 peziarah Syiah di suatu mesjid di kota itu.

Kunjungan ini dilakukan lebih kurang 48 jam setelah serangan serupa menewaskan puluhan orang di bagian utara kota tersebut.

Hillary mengatakan, dia akan menganalisa situasi keamanan di tengah pemboman yang menewaskan lebih dari 250 orang selama bulan ini dan pada saat pasukan AS mulai ditarik mundur dari kota-kota besar dan kecil di seluruh negeri.

"Saya akan mengadakan pertemuan dengan Jenderal Ray Odiermo, dan saya juga ingin mendengarkan masukan dari tangan pertama," kata Hillary merujuk perwira senior militer AS di Irak itu.

"Saya ingin mengevalusasi jenis-jenis dari penolakan upaya-upaya itu dan apa yang bisa dilakukan untuk mencegah mereka melakukan serangan terhadap pemerintah dan pasukan AS," katanya kepada para wartawan yang bersamanya dari Kuwait.

Menlu dijadwalkan bertemu dengan Perdana Menteri Nuri al-Maliki, Presiden Jalal Talabani, pejabat-pejabat senior lain, serta wakil khusus Sekjen Perserikatan Bangsa Bangsa untuk Irak, Staffan de Mistura.

Kedatangan Hillary dilakukan beberapa jam setelah Duta Besar AS yang baru untuk Irak, Christopher Hill, mendarat di Baghdad untuk menempati posnya.

"Kami ingin menunjukkan dan memperkuat kelangsungan komitmen kita kepada rakyat Irak dan untuk stabilitas, keamanan serta kemandirian Irak," kata Hillary mengenai kunjungan keempatnya ke Irak, namun untuk pertama kalinya sebagai Menlu.

Pemerintah Irak telah lama mencatat bahwa peringkat serangan-serangan belakangan ini sangat disesalkan, namun tidak bisa disejajarkan dengan aksi kerusuhan yang membawa negara ini ke kancah perang saudara pada 2006.

Pemboman bunuh diri yang menelan banyak korban dan merenggut nyawa manusia dan mencederai, merupakan langkah tragis dan tanda bahwa para penolak (kepergian tentara AS) khawatir bahwa Irak sedang mengarah pada tujuan yang benar, katanya.

Pasukan AS akan ditarik dari kota-kota besar dan kecil di Irak akhir Juni ini, berdasarkan perjanjian yang ditandatangani antara Washington dan Baghdad November tahun lalu.

Kunjungan Hillary juga terjadi dua pekan setelah Presiden Barack Obama berkunjung ke Baghdad dan memperingatkan bahwa pada 18 bulan mendatang Irak akan memasuki masa `kritis.`

Februari lalu, Obama mengumumkan strategi baru yang menginginkan sebagian besar pasukan tempurnya ditarik dari Irak pada Agustus 2010, meskipun sekitar 50 ribu tentara masih akan berada di sana sampai akhir tahun berikutnya.

Aksi kekerasan menurun tajam sejak kelompok Sahwa yang kebanyakan bekas pemberontak Sunni, bersekutu dengan pasukan AS untuk melawan Alqaeda akhir tahun 2006 ketika banyak tentara AS disebarkan di negara itu berdasarkan strategi mantan presiden George Bush.

Tetapi, beberapa pekan lalu, tampaknya tanda bahaya meningkat dalam aksi-aksi pemboman dan serangan-serangan bunuh diri.

Jumlah korban pada ledakan-ledakan mulai Jumat sedikitnya mencapai 140 orang yang tewas, dalam tempo 48 jam, ketika para pelaku bom bunuh diri menargetkan daerah-daerah banyak penduduk sipil di ibukota dan di satu restoran penuh peziarah Iran, di provinsi tengah Diyala. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009