Jakarta (ANTARA News) - Kepala Biro Stabilitas Sistem Keuangan Bank Indonesia (BI) Wimboh Santoso mengatakan, kinerja dan likuiditas bank-bank kecil nasional sekarang ini masih cukup kuat.
"Sebenarnya tidak ada dikotomi antara bank besar dan bank kecil. Bank-bank kecil kinerjanya masih kuat dan likuiditas di pasar uang juga berlebih," katanya di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, selama ini terjadi intepretasi yang salah, seolah-olah bank-bank kecil lebih buruk dari bank besar. Padahal besar kecilnya bank tidak hubungannya dengan kinerja perbankan.
"Kita harus bedakan antara size (ukuran) bank dengan kinerjanya. Banyak bank kecil yang kuat, bahkan ada yang menjadi lender (pemberi pinjaman) di pasar uang," katanya.
Menurut dia, penutupan Bank IFI tidak memiliki pengaruh terhadap perbankan (tidak berdampak sistemik) kecil. Sebab penutupan Bank IFI karena kinerja bank tersebut yang buruk, bukan karena ukurannya sebagai bank kecil.
Ia menambahkan, perbankan kecil biasanya memiliki nasabah yang loyal, dan lebih gesit. Selain itu, biasanya bank-bank kecil juga lebih memiliki ketahanan terhadap krisis karena mereka lebih menyasar pada kredit-kredit mikro, kecil dan menengah.
Hal ini menurut dia, terbukti saat krisis 1998, dimana bank-bank besar ambruk. "Sebab bank besar biasanyakan memiliki eksposur kredit korporasi yang besar, kalau krisis biasanya korporasi yang kolaps dan pada akhirnya berimbas pada bank besar pemberi kredit," katanya.
Selain itu, bank kecil juga memiliki ketahanan terhadap fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar karena bank ini hampir tidak memiliki ekposur dalam bentuk mata uang asing.
Hal ini berbeda dengan bank-bank besar yang biasanya memiliki ekposur di mata uang asing seperti dolar AS. Terutama menurut dia, perbankan asing yang dinilai lebih pandai dalam bermain di pasar ini.
Sementara itu, Direktur Penelitian dan Pengaturan Bank Indonesia (BI) Halim Alamsyah mengatakan, likuiditas mulai membaik, hal ini terlihat dari transaksi di pasar interbank yang meningkat.
"Transaksinya sekarang sudah sekitar Rp 10 triliun perhari, dibandingkan dengan dua bulan yang lalu hanya sekitar Rp 2 sampai Rp 3 triliun," katanya.
Menurut dia, aktivitas tersebut menjadi salah satu indikator membaiknya kondisi perbankan dan berkurangnya kerawanan dalam likuiditas perbankan. Disisi lain, kondisi pasar juga telah membaik bila dilihat tingkat suku bunganya yang tidak jauh dari bunga acuan BI Rate.
"Untuk rate-nya (bunganya) tidak terlalu jauh suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI Rate, rata-ratanya 7,8 persen sampai 7,9 persen," katanya. Hal ini menurut dia, berbeda dengan dua bulan lalu dimana likuditas masih ketat.
Ia menambahkan, hasil tes BI, menunjukan bahwa perbankan di Indonesia tetap kuat.
(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009
Dengan kondisi likuiditas yang longgar, mestinya perbankan segera menurunkan suku bunganya.....