Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Jumat sore naik 60 poin menjadi Rp10.810/10.820 per dolar dibanding penutupan hari sebelumnya, karena pelaku pasar mulai memburu rupiah.

Pelaku pasar kembali membeli rupiah setelah isu politik yang memanas antara Partai Demokrat dan Golkar mulai mendingin setelah tim khusus kedua partai itu tidak berhasil mencapai kesepakatan bersama, kata analis valas PT Bank Himpunan Saudara Tbk, Rully Nova di Jakarta, Jumat.

Menurut Rully Nova, ini merupakan langkah awal bagi rupiah untuk terus menguat terhadap dolar AS, karena mata uang asing itu di pasar Asia terpuruk.

Aksi lepas dolar itu akibat keluarnya data AS mengenai penjualan rumah yang merosot dan kesehatan perusahaan industri otomotif AS, katanya.

Ia mengatakan, apabila rupiah pada pekan depan menguat maka akan terjadi kenaikan yang terus berlanjut, karena pasar uang domestik cenderung positif.

Masuknya dana dari investor asing khususnya Timur Tengah akan memicu rupiah menguat dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih baik dari perkiraan sebelumnya, katanya.

Indonesia, lanjut dia juga merupakan pasar potensial yang lebih baik dari pasar Asia lainnya, karena itu minat pelaku asing untuk masuk ke pasar domestik semakin besar.

Karena itu, rupiah ke depan akan semakin tumbuh dengan dan diperkirakan akan dapat mendekati angka Rp10.500 per dolar, ucapnya.

Rupiah sebelumnya sempat terpuruk hingga mendekati angka Rp12.000 per dolar, akibat memanas isu politik, namun dengan mulai meredanya isu tersebut maka rupiah kembali menguat.

Dinamika politik yang terjadi merupakan hal biasa di pasar, namun isu itu tidak akan berlangsung lama, karena pasar kurang menyukai isu tersebut dibanding isu ekonomi, jelasnya.

Apabila rupiah kembali menguat, lanjut dia hingga mencapai Rp10.500 per dolar, dikhawatirkan para eksportir akan berteriak karena kesulitan untuk menjual produknya di pasar ekspor. (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009