Deen Haag (ANTARA News) - Suhu udara Kota Den Haag pagi itu hanya 11 derajat celcius. Meski terik matahari bersinar cukup terang, namun udaranya tetap terasa dingin, ditambah lagi dengan hembusan angin yang bertiup sepoi-sepoi.
Dengan mengendarai sepeda mini, Sunarti, warga negara Indonesia (WNI) yang kini menetap di Belanda, tanpa menghiraukan kondisi cuaca, dia tetap mengayuhkan sepedanya untuk menjenguk para ibu muda asuhannya, yang baru saja melahirkan.
Profesi yang dilakoninya sekarang sebagai tenaga konsultan di bawah naungan Consulatie Berau (Posyandu), Pemerintah Belanda, memang tidak memberikannya banyak keuntungan dari segi finansial.
Namun diakuinya, aktivitasnya sebagai sukarelawan "bezoek moeder" dalam "moeders informeers moeders" (memberikan informasi kepada para ibu muda), membuat dia kaya dalam hal membangun hubungan pertemanan dengan banyak orang yang berasal dari berbagai negara dan budaya.
Wanita kelahiran Maros, Sulawesi Selatan ini, merupakan satu-satunya wanita Indonesia dari sekian ratusan tenaga sukarela yang terlibat dalam program Pemerintah Belanda tersebut.
Setiap bulan dia aktif mendatangi kliennya untuk membantu sekaligus melihat perkembangan binaannya itu.
Kliennya tersebut adalah para ibu yang baru saja melahirkan dan sama sekali belum memiliki ilmu pengetahuan dalam merawat dan mendidik anak.
"Pada umumnya, kami memberikan informasi dan membimbing mereka, bagaimana cara mengasuh, mendidik, dan menjaga kesehatan anak, termasuk mengenalkan pola kehidupan sang anak yang memiliki ritme," jelasnya dan menambahkan bahwa kebanyakan kliennya tersebut, merupakan pendatang di negeri kincir angin itu, seperti kaum Maroko, Turki, Iran, Somalia, dan Polandia.
"Kalau anak-anak saya bermain di rumah, kadang tidak ada ruang untuk jalan karena semua barang mainannya berceceran kemana-mana. Saya membiarkan anak-anak saya untuk berkreasi dengan mainannya sendiri," ujar ibu beranak dua ini saat memberikan arahan dan berbagi informasi dengan wanita Asia dan wanita Polandia beranak satu.
Pembimbingan ini, akan terus dilakukannya hingga bayi ibu itu berumur 18 bulan. Setelah itu biasanya dia akan mendapatkan klien baru lagi. Wanita yang menguasai dua bahasa asing ini, mengaku hanya sanggup memberikan pelayanan konseling sebanyak empat orang saja.
"Saya juga memiliki anak-anak yang masih membutuhkan perhatian dan kasih sayang secara penuh, apalagi kegiatan ini membutuhkan banyak waktu dan tenaga, sebab satu persatu klien harus didatangi rumahnya," kata istri Chris Heersink ini.
Untuk menekuni profesi ini, katanya, dibutuhkan keterampilan khusus dan pengalaman yang cukup dalam memberikan arahan kepada ibu-ibu binaannya.
Sebelum terjun ke aktivitas ini, sejak tahun 2006, dia mendapat kesempatan untuk mengikuti kursus terkait masalah anak dan apa yang perlu dilakukan sang ibu atau ketika anak itu mendapat masalah.
Kegiatan jenis seperti ini, diakui Sunarti, hanya terdapat pada tiga kecamatan di Den Haag, diantaranya Escamp dan Laak dan dia adalah satu-satunya wanita yang berasal dari Indonesia.
Istimewakan Anak
Di Belanda, pemerintah setempat sangat memperhatikan kehidupan dan masa depan anak-anak. Bahkan sebelum lahir pun, calon anak itu sudah mendapat perlakuan khusus.
Menurut Sunarti yang sudah 10 tahun lamanya menetap di Belanda, sebelum seorang ibu melahirkan, dia wajib menyiapkan kamar khusus, berikut segala kelengkapan atau peralatan bayi.
Pemerintah setempat, biasanya akan mendatangi ibu-ibu itu, untuk memeriksa apakah telah mempersiapkan segala perlengkapan bayinya atau tidak. Dan biasanya, sang ibu tersebut akan dikenai denda bila mengabaikannya.
Demikian pula setelah melahirkan, tiga hari setelah bayi itu lahir, sang ibu wajib melaporkan kelahirannya ke kelurahan setempat.
Selanjutnya, pihak "Gemeente", dalam hal ini adalah Pemerintah Belanda akan menawarkan seorang bidan kepada sang ibu muda tersebut untuk membantunya dalam merawat bayi atau mengurus keperluan lainnya, mengingat kondisi sang ibu tersebut belum pulih setelah melahirkan.
Pemerintah setempat juga melarang orang tua untuk memangku anaknya saat bepergian atau menggunakan kendaraan.
"Kalau kita tertangkap basah memangku anak dalam mobil, bisa kena denda dari pemerintah," ujarnya dan menambahkan bahwa anak juga diberikan fasilitas khusus seperti kursi tersendiri demi kenyamanan dan keselamatan anak ketika berada dalam kendaraan," katanya. (*)
Oleh Oleh Rahma Saiyed
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009