Palembang (ANTARA News) - Bukan hanya tim dokter yang dibuat terkejut, namun sejumlah warga Kota Palembang, Sumatra Selatan (Sumsel), ikut kaget dan mengaku terheran-heran atas temuan fakta adanya janin bayi yang membatu dan bertahan di dalam perut ibunya selama sekitar 24 tahun. "Apa benar itu bayi yang membatu ya," tanya Marni, salah satu warga Palembang, Kamis. Keheranan serupa diungkapkan sejumlah warga, terutama kaum ibu dan wanita di Palembang atas temuan hasil operasi tim dokter di salah satu RS di Baturaja, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumsel, Rabu (22/4). Sejumlah wanita dan ibu-ibu masih membicarakan penemuan tim dokter yang dinilai sangat langka itu, serata menyatakan keheranan mereka. Apalagi di media massa setempat, selain mendapatkan informasi detail tentang temuan tersebut, diperlihatkan pula gambar (foto) janin yang membatu dimaksud. Beberapa wanita mengaku selain terkejut, juga menjadi ngeri melihat gambar dan kejadian seperti itu. Pada Rabu, usai operasi untuk mengeluarkan tumor jinak (mioma uteri) dalam perut/rahim pasiennya, tim dokter dikejutkan mendapati adanya janin bayi yang sudah membatu dalam rongga perut Ny Painah (48), si ibu, saat operasi pengangkatan mioma uteri yang dilakukan tim dokter dipimpin dr H Hafiz Usman SpoG di RS dr Noesmir Baturaja. Bayi yang telah membatu--seperti fosil--dengan berat sekitar 300-400 gram dan panjang sekitar 14 cm itu, menurut keluarga Painah telah berada di perut ibunya selama 24 tahun. Saat itu, Painah hamil dan telah memasuki bulan ketujuh. Namun setelah acara tujuh bulanan, bayi di perutnya dirasakan hilang dengan perutnya yang berangsur mengecil seperti sudah melahirkan. Menurut dokter yang mengoperasinya, kasus janin bayi membatu itu dalam istilah medis disebut "Lito pedium" (anak yang membatu), dan dilaporkan baru pertama kali terjadi di OKU. Penyebabnya adalah karena ibu bayi mengalami kehamilan intraabdominal (ekstra utrin). Diperkirakan bayi meninggal dunia pada kehamilan tujuh bulan namun tidak ada jalan keluar untuk lahir akibat posisi bayi di dalam rongga perut atau berada di luar rahim.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009