Tanjungpinang (ANTARA News) - Sebanyak 60 orang asal Afganistan dan seorang warga Irak ditahan di rumah detensi Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau, Kamis.
Kepala Wilayah Hukum dan HAM Kepri, Ajat Sudrajat Havid mengatakan, imigran gelap tersebut ditangkap di Batam dan dipindahkan ke rumah detensi Tanjungpinang secara bertahap.
"Sebagian dikirim ke Tanjungpinang pada Rabu (22/4), sementara sebagian lagi pada siang tadi," kata Ajat kepada wartawan setelah meninjau tahanan di rumah detensi Tanjungpinang.
Sebanyak 59 warga asing tersebut adalah pria, sementara dua diantaranya wanita.
"Tiga orang diantara mereka masih anak-anak," katanya sambil menginformasikan rumah detensi Tanjungpinang baru diresmikan pada pertengahan Mei 2009.
Warga Afganistan dan Irak tersebut kemungkinan mencari suaka, dengan tujuan mendapatkan fasilitas dan keamanan dari negara lain.
Mereka terpaksa ditangkap karena tidak memiliki ijin memasuki Kota Batam.
"Kemungkinan mereka ingin ke Australia melalui Indonesia," ujar Ajat.
Dia mengatakan, peperangan yang terjadi di Afganistan tidak dapat menjadi alasan bagi mereka untuk mengungsi di Indonesia.
"Itu tidak dapat menjadi sebuah alasan yang kami terima. Kecuali mereka lari dari negaranya karena mendapat tekanan dari pemerintah karena alasan ras atau agama," katanya.
Ajat belum dapat memastikan batas waktu imigran gelap tersebut berada di rumah detensi Tanjungpinang.
"Itu tergantung keinganan mereka. Besok juga kami bisa pulangkan ke negara asal jika itu keinginan mereka," katanya.
Sementara itu, Husein Ali, 18 tahun, salah seorang warga Afganistan yang ditahan di rumah detensi Tanjungpinang mengatakan, sebagian rakyat Afganistan mengungsi ke beberapa negara untuk menghindari peperangan yang terjadi di negara tersebut.
"Kami takut dibunuh oleh tentara Taliban dan juga tentara Amerika Serikat," katanya dengan menggunakan bahasa Inggris yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh salah seorang petugas Imigrasi.
Husein mengemukakan, sebagian warga Afganistan telah meninggalkan negara tersebut sejak empat tahun yang lalu. Mereka sudah memasuki beberapa negara, sebelum ditangkap di Batam.
"Kami melalui perjalanan laut, udara dan darat selama empat tahun untuk mencari kedamaian," katanya.
Dia merasa Indonesia sebagai negara yang aman dan damai.
"Kami mengenal Indonesia dari seorang teman di Afganistan," katanya.
(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009