New York (ANTARA News) - Harga minyak mentah di New York naik tipis pada Rabu waktu setempat.
AFP melaporkan, kontrak berjangka utama di New York, minyak mentah jenis "light sweet" untuk pengiriman Juni, meningkat 30 sen menjadi ditutup pada 48,85 dolar AS per barel dalam perdagangan yang berlangsung penuh kehati-hatian.
Sedangkan di London, minyak mentah "Brent North Sea" untuk penyerahan Juni turun tipis satu sen menjadi 49,81 dolar AS per barel.
Kontrak acuan New York berakhir naik tipis, setelah "menapaki air" pada sebagian besar sesi, kata para analis.
"Di sana ada dua faktor yang menutup hal lainnya," kata analis independen Ellis Eckland.
"Faktor kesatu adalah pasar saham, yang diambil oleh pasar minyak sebagai sebuah indikator permintaan mendatang, betul atau salah, dan faktor kedua adalah besarnya persediaan yang terbangun di Amerika Utara."
Di Wall Street, saham-saham melambung setelah melemah pada pembukaan perdagangan, dengan beberapa analis menyatakan pasar tampak menyambut sinyal awal pemulihan resesi berat.
Meski ada dukungan awal dari pasar saham, "semua pasar minyak menghadapi penurunan" setelah Departemen Energi AS (DoE) melaporkan sebuah kenaikan cadangan minyak nasional yang lebih besar dari perkiraan, kata Eckland.
Laporan mingguan DoE menunjukkan stok minyak mentah naik untuk kali keenam pekan berturut-turut pada pekan yang berakhir 17 April.
Stok minyak mentah di Amerika Serikat sekarang sekitar 17 persen di atas level mereka pada periode sama tahun lalu, dan masih yang tertinggi sejak September 1990.
Cadangan bensin dan produk destilasi, seperti minyak disel dan bahan bakar pemanas, juga meningkat dan mengalahkan ekspektasi para analis yang memperkirakan turun.
Cadangan minyak mentah AS yang besar terjadi "meski kegiatan produksi penyulingan minyak berbalik naik lebih besar dari perkiraan," kata Hussein Allidinia dari Morgan Stanley, yang menunjuk "permintaan yang terus menurun."
Dalam empat pekan terakhir, rata-rata konsumsi produk bahan bakar minyak AS 18,5 juta barel per hari, turun 6,5 persen dari periode sama tahun lalu, meski terjadi penurunan harga minyak dramatis dari puncak tertinggi 147 dolar AS per barel pada Juli 2008, menurut data DoE.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009