Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Rabu sore, melemah mendekati angka 11.000 per dolar AS tertekan berlanjutnya aksi ambil untung (profit taking).

Meski sentimen positif mengenai masuknya dana asing ke Indonesia menjadi pertimbangan investor, namun nilai tukar rupiah yang dinilai sudah menguat cukup tinggi beberapa waktu lalu, menjadi alasan investor mengambil untung, Edwin Sinaga di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, koreksi harga terhadap rupiah, karena pelaku pasar menilai kenaikan rupiah yang sudah cukup tinggi harus direspon lebih dahulu dengan melepas mata uang itu.

Pelaku pasar sebenarnya juga menyadari kinerja ekonomi Indonesia yang cukup baik dengan tumbuh sebesar 4,5 persen dari perkiraan sebelumnya yang hanya tiga persen akan memberikan gain yang lebih baik dengan kenaikan rupiah yang berlanjut, katanya.

Edwin Sinaga yang juga Dirut PT Finan Corpindo Nusa mengatakan, posisi rupiah masih cukup baik yang berada dalam kisaran antara 10.600 sampai 11.000 per dolar.

Jadi tidak perlu dikhawatirkan apabila rupiah itu terpuruk, karena pada level psikologis 11.000 per dolar, maka rupiah akan kembali berperan untuk menguat, ucapnya.

Rupiah, lanjut dia dalam waktu tidak lama akan kembali menguat, hanya saja pelaku pasar ingin merealisasikan keuntungan dengan `gain` yang selama ini dipegangnya.

Masih ada waktu bagi rupiah untuk kembali menguat hingga mendekati angka Rp10.500 per dolar, bahkan meliwati angka tersebut, ucapnya.

Namun, menurut dia untuk bisa mencapai angka 10.500 per dolar, rupiah memang tidak mudah mencapainya. Jadi koreksi harga yang terjadi merupakan hal yang biasa dalam perdagangan itu meski sentimen positif diperkirakan masih berjalan.

Ia mengatakan, pelaku juga masih mengamati pergerakan politik di dalam negeri menjelang pemilihan presiden dan wakil presiden, setelah pasca pemilu calon legislatif berjalan aman dan tenang.

"Kami saat ini sedang mengamati perkembangan pasar menjelang pemilihan Capres dan Wacapres dengan melepas rupiah setelah mengalami kenaikan yang cukup tinggi terhadap dolar," ucapnya.
(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009