Menurut warga sekitar, Ali Nugroho, sebelum tanggul sungai tersebut jebol, Selasa (21/4) sore sekitar pukul 15.00 WIB terjadi hujan deras, sehingga debit air di Sungai Piji tersebut meningkat tajam.
Pada pukul 21.00 WIB, hujan bertambah deras, sehingga debit air sungai juga bertambah, sehingga mengancam sejumlah tanggul kritis di Sungai Piji tersebut. "Bahkan, air sungai melebihi ketinggian jembatan," ujarnya.
Kekhawatiran warga akan terjadi tanggul jebol akhirnya terbukti, sekitar pukul 04.30 WIB di dahului dengan suara gemuruh tanggul kanan Sungai Piji jebol hingga 15 meter, sehingga air sungai langsung menerjang puluhan rumah warga di sekitar tanggul jebol.
Ia menduga, tumpukan sampah yang menyumbat saluran air di jembatan juga turut menyebabkan terjadinya tanggul jebol.
"Beruntung, sekitar pukul 05.00 WIB air mulai surut," ujarnya.
Meskipun banjir bandang tersebut berlangsung sekitar 30 menit, namun puluhan rumah sempat terendam dengan ketinggian hingga satu meter.
Ia mengatakan, dampak bencana banjir bandang tersebut tidak sampai menyebabkan kerusakan sejumlah rumah warga. "Saya mencatat, hanya ada satu unit rumah yang mengalami kerusakan cukup parah," ujarnya.
Saat ini, kata dia, puluhan warga mulai membersihkan bekas lumpur banjir yang masuk rumah warga.
Sementara itu, Kepala Kesbanglinmas Kudus, Ali Rifa`i mengatakan, daerah yang terjadi bencana banjir bandang tersebut merupakan daerah rawan banjir bandang.
Selain Kecamatan Mejobo, daerah lain yang rawan banjir bandang juga biasa terjadi di Kecamatan Jati dan Jekulo.
Ia memprediksi, bencana banjir bandang tersebut akibat air kiriman dari daerah atas, sehingga sungai di bagian bawah tidak mampu menampung jumlah debit air melonjak.
Untuk itu, dia mengusulkan pembangunan embung logung segera direalisasikan karena dapat mengurangi dampak terjadinya banjir.
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009