Menurut Ketua KPK Antasari Azhar kepada wartawan di Jakarta, Selasa, pihaknya sedang mengumpulkan data antara lain tentang pengadaan teknologi Intelligent Character Recognition (ICR) yang digunakan KPU dalam melakukan tabulasi nasional tersebut.
Ia mengatakan, kecurigaan yang berujung pada penyelidikan KPK tersebut antara lain karena adanya indikasi ketidaksiapan KPU untuk menghimpun suara pemilih dalam tabulasi nasional.
Penyelidikan yang akan dilakukan KPK dilakukan dengan memeriksa berbagai proses tender dalam pengadaan teknologi yang digunakan dalam tabulasi nasional, termasuk data rekanan yang dipilih KPU.
Antasari berharap tidak terdapat hal-hal yang menyimpang dalam pengadaan teknologi yang digunakan KPU tersebut.
Namun, ujar dia, bila ternyata terdapat indikasi korupsi, maka KPK akan melakukan tindak lanjut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Sebelumnya, penghitungan tabulasi nasional dikritik oleh sejumlah pihak antara lain karena sangat lambat dalam menghimpun jumlah suara dan hingga kini suara yang masuk tidak mencapai 10 persen dari total jumlah suara.
Koordinator Nasional Komite Pemilih Indonesia (Tepi), Jeirry Sumampow pada Senin (20/4) berpendapat, KPU tidak belajar dari Pemilu 2004 karena dari awal seharusnya jumlah suara yang masuk ke pusat tabulasi sudah cukup banyak.
Penayangan tabulasi nasional perolehan suara sementara pemilihan anggota DPR 2009, di Hotel Borobudur, Jakarta, yang dimulai 9 April lalu berakhir Senin (20/4) selanjutnya akan ditayangkan di kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU).
"KPU kali ini tidak belajar dari pemilu yang lalu. Seharusnya sudah tidak ada alasan lagi untuk lamban karena sejak awal KPU sudah dapat melakukan tabulasi," katanya.(*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009