"Hingga kini sudah 17 BUMN yang masuk menjadi `pasien` PPA," kata Corporate Secretary PPA, Renny O Rorong, di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa.
Renny menjelaskan, perusahaan yang terakhir masuk ke PPA yaitu PT Waskita Karya.
Untuk BUMN Karya itu PPA mendapat penugasan melakukan restrukturisasi terkait dengan kelebihan pencatatan (overstatement) atas laporan keuangan sekitar Rp500 miliar pada tahun buku 2008.
Sejumlah perusahaan pelat merah yang telah terlebih dahulu masuk PPA dan telah dilakukan restrukturisasi usaha yaitu PT Merpati Nusantara disusul PT PAL.
Selebihnya sederet BUMN yang masuk PPA antara lain PT Hotel Indonesia, PT Kertas Kraft Aceh, PT Djakarta Llyod, serta PT Industri Gelas (Iglas), PT Semen Kupang.
Selain itu PPA juga ditugaskan untuk merestrukturisasi anak perusahaan PT Pertamina (Persero).
Namun Renny tidak menjelaskan berapa perusahaan yang akan masuk ke PPA hingga akhir tahun ini.
"Belum bisa ditentukan selain karena harus mengkaji perusahaan apa saja yang perlu ditangani, juga terkait dengan keterbatasan modal kerja PPA," ujarnya.
Saat ini diutarakan Renny, PPA memiliki modal sebesar Rp1 triliun, dan akan ditambah sebesar Rp1,5 triliun dari alokasi APBN tahun 2009.
"Dana yang dipakai didasarkan pada hasil kajian terhadap BUMN yang membutuhkan. Tetapi penggunaannya digunakan secara optimal," katanya.
Selain merestrukturisasi BUMN, saat ini PPA juga memiliki aset eks kelolaan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BBPN) seperti PT Texmaco, PT Polysindo Eka Perkasa, termasuk Tuban Petro.
"Saat ini proses lelang saham Texmaco sedang berlangsung. Kita berharap ada yang berminat," katanya.
Menurut catatan, PPA memiliki tagihan atas 23 persen dari total utang Polysindo senilai 1 miliar dolar, dengan jaminan mesin dan pabrik Polysindo di Karawang.(*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009