"Belum sama sekali pada tingkat membicarakan nama siapa cawapres yang Insya Allah akan dampingi saya," kata Yudhoyono di Jakarta, Selasa.
Ia menjelaskan semuanya masih dalam proses. Pembicaraan masih terus dilakukan. Berkaitan pertemuannya dengan Ketua Umum DPP Partai Golkar Jusuf Kalla, Yudhoyono mengatakan itu merupakan bagian dari penjajakan untuk membangun suatu koalisi dan pembicaraan lanjutan.
"Jadi tidak benar kalau ada isu saya bersama ini, atau saya setuju cawapres Y atau SBY tidak bersetuju cawapresnya X, belum lagi isu macam-macam katanya tidak setuju dengan tokoh A atau B, dua-duanya tidak benar dan dua-duanya belum belum karena memang partai ini masih membahas koalisinya yang akhirnya menuju ke situ," katanya.
Selain masalah cawapres yang akan mendampinginya, Yudhoyono juga menyatakan Partai Demokrat pun masih melakukan penjajakan dengan berbagai parpol.
"Koalisi, saya katakan bahwa pembicaraan untuk membangun koalisi masih terus berjalan, memang diperlukan waktu. Masing-masing partai tentu memiliki kepentingan dan harapan," kata Yudhoyono.
Terkait penjajakan koalisi antara Partai Demokrat dengan Golkar, ia mengatakan pada tingkat sekarang ada kehendak dari dua parpol itu untuk bersama dalam koalisi dengan parpol lain.
"Untuk koalisi itu kita berpendapat sama, baik kebersamaan di pemerintah atau kabinet maupun di parlemen atau DPR," katanya.
Oleh karena itu, Yudhoyono mengatakan Partai Demokrat terus menggalang dengan niat yang baik untuk betul-betul bersepakat dengan partai politik lain untuk membangun model koalisi namun memang hingga hari ini hal tersebut masih dalam proses.
"Saya tahu Golkar akan laksanakan rapim dan Demokrat munas, barangkali pada rapim itu atau munas ada posisi atau statement apa pun yang mengarah ke koalisi. Itu bisa atau bisa juga tidak dihasilkan dalam rapim atau munas," paparnya.
"Saya mendengar berbagai parpol yang katanya mau koalisi sama Demokrat juga punya harapan dan usulan. Siapa-siapa yang menurut parpol itu tepat mendampingi saya, itu pun saya dengar sebagaimana rakyat mendengar," tegasnya.(*)
Pewarta:
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2009