Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Senin sore, masih tertekan pasar, namun tekanan itu agak berkurang dibanding sesi pagi.

Nilai tukar rupiah melemah menjadi Rp10.725/10.735 per dolar dibanding penutupan hari sebelumnya Rp10.695/10.700 atau turun 30 poin.

Pengamat pasar uang, Edwin Sinaga, di Jakarta, Senin, mengatakan, rupiah masih merosot, meski tekanan pasar berkurang karena pelaku lebih cenderung melepas rupiah untuk mencari untung.

"Berkurangnya tekanan pasar belum mampu mengangkat rupiah menguat karena pelaku pasar masih melepas mata uang Indonesia," ucapnya.

Rupiah, menurut dia sebenarnya sempat menguat lima poin menjadi Rp10.690 per dolar pada siang hari, setelah merosot 55 poin pada sesi pagi.

Namun posisi rupiah di level tersebut tidak bertahan lama karena pelaku pasar kembali melepas rupiah, sehingga terpuruk 30 poin menjadi Rp10.725 per dolar, ucapnya.

Menurut dia, sentimen positif pasar sebenarnya masih ada, namun pelaku ingin merealisasikan lebih dulu keuntungan yang sudah cukup besar.

Pelaku pasar juga mengindahkan masuknya dana investor asing dari Timur Tengah yang ditempatkan di obligasi sukuk pemerintah, ucapnya.

Ke depan, lanjut dia, rupiah akan terus menguat hingga mendekati angka Rp10.500 per dolar yang diharapkan dalam waktu tidak terlalu cepat.

Karena kenaikan rupiah yang cepat akan menimbulkan kesulitan bagi eksportir dalam melakukan penjualan produknya di pasar ekspor dan menghitung biaya produksi, ujarnya.

Ia mengatakan, rupiah diharapkan tidak terlalu berfluktuasi dan berada dalam kisaran antara Rp10.500 hingga Rp11.000 per dolar AS.

Dengan demikian, eksportir tidak akan kesulitan dan mereka dapat meningkatkan produksi untuk dijual ke pasar ekspor, katanya.

Pemilu legislatif yang berjalan tenang dan aman diharapkan akan berlanjut hingga pemilihan capres dan cawapres yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dapat tumbuh lebih baik.

Apalagi, masuknya dana lokal dan asing dalam jangka pendek baik ke pasar uang maupun pasar saham memberikan kepercayaan dunia ekonomi Indonesia akan tumbuh lebih baik dari negara lainnya, tuturnya.  (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009