Gorontalo (ANTARA News) - Seorang caleg dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Ahmad Monoarfa, mengamuk saat rekapitulasi perhitungan suara di tingkat KPU Kota Gorontalo, Minggu.
Caleg tersebut tak terima dengan hasil perhitungan di tingkat PPK hingga KPU, karena tiba-tiba terjadi penggelembungan suara.
"Saya sudah dizalimi. Pemilu ini sudah diintervensi oleh Walikota, kalau walikota berani silahkan hadapi saya secara jantan," ujarnya sambil melepas kaus yang dikenakannya dan menantang Walikota Gorontalo, Adhan Dambea.
Ia menuding, banyaknya penggelembungan suara diduga karena adanya intervensi walikota yang juga Ketua DPD II Golkar Kota Gorontalo untuk memenangkan partai berlambang beringin tersebut.
Terlebih pascapemungutan suara dilakukan, walikota menyatakan pihaknya tak akan mempublikasikan data perhitungan sementara yang dihimpun oleh Kesbanglinmas Kota Gorontalo kepada masyarakat.
Sebelumnya, Ahmad memprotes Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Kota Timur atas penggelembungan 258 suara. "Suara untuk caleg PPP nomor urut satu bertambah 258 suara, ini suatu manipulasi yang luar biasa. Saya minta PPK menjelaskan suara itu asalnya dari mana?" kata Ahmad.
Menurut dia, 11 dari 12 TPS di Kelurahan Ipilo, Kota Gorontalo, jumlah suaranya tiba-tiba berubah dan masuk ke caleg PPP nomor urut satu, Muhajir.
"Jadi ada 11 TPS yang suaranya ditambah. Contohnya di satu TPS hanya tiga suara, tiba-tiba di tingkat PPK jadi 33," jelasnya.
Walikota sendiri membantah telah mengintervensi KPU dan Panwas agar Golkar bisa meraih suara terbanyak di wilayah tersebut.
"Itu tidak benar, kalaupun ada caleg yang keberatan silahkan menggunakan jalur hukum," tukas Adhan. (*)
Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009