Jakarta (ANTARA) - Dansatgas Kesehatan Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet, Brigjen TNI Dr Agung H mengatakan fasilitas RSD tempat pasien COVID-19 dirawat belum memiliki sarana hiburan yang variatif.
"Di masing-masing lantai kami sadar ada kekurangan, khususnya tidak ada sarana hiburan," kata Agung di Jakarta, Jumat.
Baca juga: RSD Wisma Atlet siapkan 100 tempat tidur perawatan untuk COVID-19
Baca juga: Pangkogabwilhan I: Pengamanan RS Darurat Wisma Atlet diperketat
Baca juga: Presiden pastikan Wisma Atlet siap tangani 3.000 pasien COVID-19
Kendati begitu, katanya, RSD Wisma Atlet didukung jaringan internet dari Telkom melalui sambungan Wi-Fi yang bisa dipakai untuk penjajakan mandiri atau "self assesment" dari pasien COVID-19 melalui aplikasi dari Kementerian Kesehatan.
Melalui aplikasi tersebut, kata dia, pasien dapat menyampaikan keluhannya soal perkembangan kesehatannya. Selain itu, di tiap-tiap lantai RSD memiliki grup percakapan instan WhatsApp atau grup WA sehingga menjadi forum komunikasi pasien dan perawat.
Agung mengatakan jaringan Wi-Fi juga bisa dipakai pasien RSD Wisma Atlet untuk berselancar internet, termasuk untuk menyimak siaran televisi melalui gadget yang dibawa.
Dengan begitu, kata dia, pasien memiliki alternatif hiburan dan bisa mengurangi kejenuhan pada masa penyembuhan dan perawatan di rumah sakit darurat tersebut.
Pasien, lanjut dia, juga bisa meminta tolong keluarganya untuk mengirimkan sejumlah barang seperti laptop, pakaian dan kebutuhan pribadi lainnya, sehingga mereka dapat nyaman di ruang perawatan.
Baca juga: RS Darurat Wisma Atlet sediakan ruang relaksasi standar HEPA
Baca juga: Warga sekitar Wisma Atlet diminta ikuti protokol keamanan-kesehatan
Dia mengaku paham dengan kejenuhan pasien di ruang isolasi. Oleh karena itu, selain Wi-Fi juga ada ruang rekreasi di lantai tiga dengan mereka tetap menjaga protokol keselamatan, sehingga tidak membahayakan.
"Selanjutnya, pasien boleh berjalan-jalan di lorong tersebut. Harapan kami, karantina bukan 'strict' seperti menahan pasien. Pasti merasa terkungkung hampir 14 jam di kamar, tapi kamar tidak terkunci, jadi pasien bisa jalan keluar. Ada dispenser di setiap lantai," kata dia.
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020