Profesor hukum pidana in mengatakan, persentase golput yang makin meningkat mencerminkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah semakin merosot.
"Semakin tinggi golput semakin menunjukkan masyarakat jenuh karena pelaksanaan pemilu dilakukan secara beruntun, belum termasuk pilkada bupati/walikota, pilkada gubernur maupun pemilihan kepala desa/lurah," ujarnya.
Ia berharap Pilres yang akan datang hanya diikuti dua pasangan sehingga Pilpres dapat dilakukan dalam satu kali putaran.
Namun hal itu sulit mengingat ketentuan baru mensyaratkan capres diajukan jika suara parpol atau koalisi mencapai 20 persen.
Ia lalu mengingatkan KPU untuk menekan kelemahan dan permasalahan yang dihadapi Pemilu Legislatif lalu agar tidak terulang pada Pilpres. (*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009