1. Laju pertumbuhan konsumsi masyarakat diperkirakan turun dari 6,4% di kuartal IV 2008 menjadi 4,3% - 5,0% di kuartal I 2009. Penurunan laju pertumbuhan tersebut antara lain tercermin pada penurunan indikator-indikator konsumsi seperti penurunan pertumbuhan penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), konsumsi listrik, dan penjualan kendaraan bermotor di kuartal tersebut. Berdasarkan perkembangan indikator PPN penurunan konsumsi masyarakat terjadi pada konsumsi produk domestik maupun produk impor, namun dengan penurunan konsumsi produk impor relatif lebih besar. Pertumbuhan konsumsi domestik masih lebih kuat dari yang diperkirakan sebelumnya, akibat aktivitas persiapan pemilu dan masa kampanye. Sedangkan laju konsumsi pemerintah sedikit mengalami penurunan hingga level 8% - 13,1% di kuartal 1 2009.
2. Laju pertumbuhan investasi (PMTB) mengalami penurunan yang cukup signifikan, menjadi 5% - 6,5% di kuartal I 2009. Penurunan tersebut diindikasikan dengan penurunan laju impor barang modal dan penjualan semen domestik untuk kuartal I 2009. Walaupun demikian indikator awal (bulan Januari 2009) perkembangan kredit investasi dan modal kerja perbankan relatif stabil dibandingkan kondisi pada akhir kuartal IV 2008. Dalam hal ini belum terlihat insentif positif yang cukup untuk mendorong laju investasi ke tingkat yang lebih baik.
3. Penurunan permintaan global dan dampaknya pada harga komoditas internasional menyebabkan terjadinya pertumbuhan ekspor di kuarta I 2009 yang mencapai -38,8 %. Penurunan pertumbuhan ekspor tersebut juga diiringi oleh penurunan pertumbuhan impor. Hal tersebut antara lain dipengaruhi oleh penurunan impor bahan baku untuk kegiatan ekspor maupun produksi dan konsumsi domestik. Laju pertumbuhan impor tumbuh -38,0 % di kuartal 1 2009.
Kinerja ekspor impor non migas akan mengalami penurunan di mana penurunan laju pertumbuhan impor non migas relatif lebih tajam dibandingkan pertumbuhan ekspor. Pada kuartal IV 2008 laju pertumbuhan ekspor non migas mencapai 0,2% dan turun menjadi -32,5% pada kuartal I 2009. Sementara di periode yang sama impor non migas menurun dari 29,3% menjadi -29,9%.
4. Dari sisi penganggaran APBN, realisasi Pendapatan Negara dan Hibah hingga 31 Maret 2009 mencapai Rp162,6 triliun (19,2% Dokumen Stimulus 2009). Dari jumlah realisasi tersebut, penerimaan perpajakan hingga 31 Maret 2009 tercatat menyumbang sekitar Rp133,2 triliun (20,1% Dokumen Stimulus 2009) sedikit mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun 2008 sekitar Rp140,6(23,1% APBN-P). Sedangkan realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sekitar Rp29,4 triliun (15,8% Dokumen Stimulus 2009).
5. Realisasi Belanja Negara hingga 31 Maret 2009 tercatat Rp159,7 triliun (16,2% Dokumen Stimulus 2009) dengan realisasi Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp88,8 triliun (13,0% Dokumen Stimulus 2009) serta realisasi Transfer Ke Daerah sebesar Rp71,0 triliun (23,4% Dokumen Stimulus). Dari 13,0% realisasi Belanja Pemerintah Pusat, masing-masing dialokasikan untuk Belanja Pegawai mencapai 21% atau sekitar Rp29,5 triliun, Belanja Barang 6,8% atau sekitar Rp6,3 triliun, Belanja Modal sekitar 10,3% atau Rp7,4 triliun, dan Bansos sekitar 8,4% atau Rp6,7 triliun.
6. Realisasi subsidi hingga 31 Maret 2009 tercatat Rp7,5 triliun yang merupakan realisasi subsidi listrik bulan Februari sebesar Rp4,4 triliun dan bulan Maret sebesar Rp3,1 triliun. Apabila dilihat dari sisi Belanja Kementerian/Lembaga hingga 31 Maret 2009 realisasinya mencapai Rp36,4 triliun (11,3% Dokumen Stimulus 2009) lebih besar dibandingkan realisasi tahun 2008 yang mencapai Rp28,7 triliun (9,9% APBN-P 2008) serta realisasi tahun 2007 sekitar Rp22,8 triliun (9,3% APBN-P 2007).
7. Realisasi Transfer Ke Daerah hingga 31 Maret 2009 sebesar Rp71,0 triliun (23,4% Dokumen Stimulus 2009) yang terdiri dari realisasi DBH sekitar Rp4,7 triliun (6,8% Dokumen Stimulus 2009), realisasi DAU sekitar Rp62,1 triliun (33,3% Dokumen Stimulus 2009) dan realisasi DAK sekitar Rp4,2 triliun (16,8% Dokumen Stimulus 2009). Sementara itu khusus Dana Otsus & Penyesuaian hingga 31 Maret 2009 belum ada realisasi.
8. Dari sisi pembiayaan APBN, hingga 31 Maret 2009 realisasinya mencapai Rp54,1 triliun (38,8% Dokumen Stimulus 2009) yang terdiri dari realisasi Pembiayaan Dalam Negeri sebesar Rp54,5 triliun (49,8% Dokumen Stimulus 2009) yang didukung oleh penerbitan SUN sebesar Rp56,5 triliun (103,2% Dokumen Stimulus 2009).
9. Dengan adanya realisasi total Pendapatan Negara dan Belanja Negara tersebut, posisi kas APBN hingga 31 Maret 2009 mencapai Rp57,0 triliun yang didukung dari surplus anggaran sekitar Rp2,9 triliun serta pembiayaan sebesar Rp54,1 triliun.
Untuk keterangan lebih lanjut, silakan hubungi Harry Z. Soeratin, Kepala Biro Hubungan Masyarakat, Departemen Keuangan
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2009