Sana`a (ANTARA News/Saba) - Sehari sesudah dibebaskan, pasangan Belanda terculik pada Kamis memutuskan tinggal di Yaman, kata dutabesar Belanda untuk Sana`a.
Jan Hoogendoorn (54 tahun) dan istrinya, Heleen Janszen (49 tahun), diculik unsur pelanggar hukum di wilayah pegunungan selama dua pekan.
Menurut 26sep.net, dutabesar itu menyatakan pasangan tersebut memutuskan tinggal di Yaman, dengan menambahkan bahwa perjanjian kerja Jan di Yaman akan berahir pada 29 April tahun ini.
Jika perjanjiannya dibarui, pasangan itu akan tinggal, kata dutabesar tersebut, pasangan itu kembali kembali ke Taiz, tempat Jan bekerja.
Jan bekerja untuk Vitens, perusahaan air terbesar di Belanda.
Vitens mengembangkan kegiatan antarbangsa, untuk yang ketujuh dari Tujuan Pembangunan Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa, guna mengurangi jumlah orang tanpa akses berkesinambungan ke air minum menjadi separuh sebelum 2015.
Tentang laporan mengenai tebusan untuk penculiknya, dutabesar itu mengatakan tidak ada tebusan.
Pasangan itu menyatakan mereka diperlakukan dengan sangat baik.
Pada Selasa, jurubicara pemerintah Hasan Lawzi menyatakan pasukan keamanan masih mengepung penculik pasangan Belanda itu untuk menangkap mereka.
Dalam jumpa pers di Sana`a, Lawzi memastikan bahwa pasangan Belanda itu dibebaskan tanpa tebusan.
"Kami diperlakukan dengan baik dan kesehatan kami baik," kata Jan Hoogendoorn kepada wartawan setelah tiba di ibukota Yaman, Sanaa, sesudah kebebasan mereka pada Senin.
Jan Hoogendoorn dan istrinya, Heleen Janszen, diculik pada 31 Maret dan disekap di bagian terpencil dan menyeramkan gunung Siraj, tenggara Sanaa.
"Hubungan antara Belanda dengan Yaman tidak terpengaruh," kata dutabesar Belanda untuk Yaman, Harry Buikema, kepada wartawan.
Mereka disekap di dekat Bani Dhibyan di bagian gunung itu, 90 kilometer tenggara Sanaa, setelah diculik ketika berkendaraan tepat di selatan ibukota Yaman itu.
Pejabat tersebut menyatakan pembebasan pasangan itu dicapai oleh perantara suku, yang "mencapai perjanjian" dengan penculik mereka.
Orang asing sering ditangkap oleh suku sangat berkuasa di Yaman untuk digunakan sebagai alat tawar dalam perselisian dengan pemerintah.
Lebih dari 200 orang diculik dalam 15 tahun terahir.
Pada ahir Januari, seorang kontraktor Jerman bekerja pada perusahaan gas Yaman disandera dan dibebaskan beberapa hari kemudian.
Satu bulan sebelumnya, seorang wanita Jerman dan orangtuanya, yang diculik anggota suku, dibebaskan setelah disandera lima hari di gunung terpencil di dekat ibukota Yaman.
Dalam semua perkara tercatat, sandera dibebaskan tanpa cedera, kecuali tiga warga Inggris dan satu Australia, yang disergap gerilyawan pada Desember 1998 dan tewas sesudah pasukan keamanan menyerang tempat persembunyian penculik mereka.
Yaman, tanah air leluhur pemimpin Alqaida Osama bin Ladin, juga mengalami serangkaian serangan terhadap sasaran Barat dalam 10 tahun terahir, terutama pemboman Oktober 2000 atas kapal perusak Amerika Serikat USS Cole di pelabuhan Aden di Yaman selatan, yang menewaskan 17 tentara negara adidaya itu.
Pada awal Maret, dua serangan bom jibaku, satu di kota bersejarah Shibam dengan sasaran sejumlah warga Korea Selatan, menewaskan empat wisatawan dan satu orang Yaman.
Pada 17 September 2008, serangan didaku Alqaida ditujukan pada kedutaanbesar Amerika Serikat di Sanaa, menewaskan 19 orang, termasuk tujuh penyerang dan beberapa warga, dalam serangan kedua terhadap gugus berkeamanan tinggi itu dalam enam bulan.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009