Wina (ANTARA News/Xinhua/Kyodo-OANA) - Korea Utara menolak petugas Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) untuk mengunjungi fasilitas nuklir di Yongbyon dan telah menyingkirkan penutup fasilitas yang dikenakan badan tenaga atom internasional tersebut, kata seorang sumber diplomat IAEA, kemarin.

Diplomat itu membenarkan bahwa para inspektur IAEA telah menghentikan tugas pengawasannya terhadap fasilitas nuklir di Republik Rakyat Demokratis Korea (DPRK), yang dikenal sebagai Korea Utara itu.

Para inspektur IAEA atas permintaan Korea Utara membuka kembali alat penutup semua ruang-ruang yang dikunci di kompleks nuklir tersebut dan mencabut semua kamera pengawas, kata diplomat yang tak bersedia namanya itu seperti dikutip kantor berita Austria, Austrian Press Agency.

Korea Utara Selasa minta para inspektur itu menghentikan pengawasannya dan meninggalkan negara itu secepat mungkin.

Tindakan ini terjadi sehari setelah Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB) mengeluarkan satu pernyataan kepresidenan mengenai peluncuran roket negara itu baru-baru ini, yang mengatakan bahwa tindakan itu bertentangan dengan Resolusi 1718 DK PBB. Pernyataan juga minta Korea Utara agar tidak mengadakan peluncuran lagi.

Jurubicara IAEA Marc Vidricaire menurut Xinhu mengatakan, para inspektur IAEA telah diminta oleh Korea Utara untuk segera meninggalkan negara itu.

"DPRK hari ini telah memberitahukan kepada para inspektur IAEA di fasilitas Yongbyon bahwa mereka harus segera menghentikan kerjasamanya dengan IAEA," kata pernyataan tersebut.

Menurut Kyodo, para inspektur IAEA telah melakukan tugas pemantauan atas fasilitas nuklir itu sejak Juli 2007 berdasarkan suatu perjanjian yang dicapai pada perundingan enam negara mengenai perlucutan nuklir Korea Utara.

Ini adalah untuk pertama kalinya inspektur IAEA diusir berdasarkan persetujuan, meskipun beberapa alat penutup pada fasilitas nuklir itu sudah dilepaskan pada September tahun lalu, menurut suatu sumber.

Tiga inspektur IAEA masih berada di Korea Utara sampai Rabu kemarin. Mereka diperkirakan akan meninggalkan negara itu Kamis, kata laporan Reuters.

Pengumuman Korea Utara itu terjadi setelah DK PBB Senin mengecam peluncuran roket negara itu, 5 April lalu.

Pengamat nuklir PBB melakukan pengawasan terhadap lima fasilitas di kompleks nuklir Yongbyon, termasuk reaktor 5.000 kilowatt yang digunakan untuk eksperimen penggunaan dan fasilitas pemrosesan kembali.

Kompleks nuklir ini berlokasi sekitar 90 kilometer di utara ibukota Pyongyang.

Perundingan enam negara yang melibatkan dua Korea, China, Jepang, Rusia dan Amerika Serikat terhenti sejak Desember lalu, berkaitan cara-cara untuk memverifikasi program nuklir Pyongyang tersebut.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009