Ajakan Presiden Yudhoyono itu termuat dalam pidatonya yang direkam di Istana Negara, Jakarta, Kamis (16/4), untuk dipublikasikan di seluruh media elektronik dan media cetak di Indonesia.
"Tuduhan membabi-buta, apalagi tanpa bukti yang dapat dipertanggungjawabkan bahwa pemilu ini curang dan hasil Penghitungan Suara KPU yang belum selesai juga dihakimi sebagai tidak benar tentulah sikap yang prematur dan bukan politik yang baik," kata Presiden.
Mengingkari hasil sementara Pemilu Legislatif 2009 yang merupakan pikiran dan aspirasi rakyat dalam menyampaikan pilihannya, menurut Presiden, sama saja artinya dengan mencederai kebenaran.
"Jangan kita melukai hati rakyat karena mereka merasa bahwa aspirasi dan pilihannya tidak dipercaya," ujarnya.
Apabila terdapat bukti bahwa memang terjadi kecurangan dalam Pemilu 2009, Presiden mengatakan, ia setuju sepenuhnya kecurangan itu harus diproses secara hukum dan pelakunya diberikan sanksi tegas.
"Ketika saya menjadi salah satu peserta Pemilu tahun 2004, saya juga memiliki sikap yang konsisten apapun yang kita rasakan sebagai sesuatu yang tidak benar kita serahkan semuanya pada tatanan sistem dan mekanisme hukum," katanya.
Menurut kepala negara, yang harus menyelesaikan masalah adalah politik keadilan, bukan politik penghasutan dan politik kekerasan.
Dalam pidatonya, Presiden menyampaikan pengamatannya bahwa suhu politik di Indonesia, terutama di Jakarta, memanas selama sepekan terakhir.
"Saya mencatat berbagai komentar dan statement yang terkadang amat keras menyangkut pelaksanaan pemungutan suara minggu lalu yang diselenggarakan oleh KPU. Rakyat juga melihat berbagai aksi dan manuver politik yang terjadi pada hari-hari sekarang ini," katanya.
Meski hal tersebut dinilai sebagai realitas politik dari sebuah kehidupan demokrasi, Presiden mengkhawatirkan komentar dan aksi politik itu secara substansial dapat menimbulkan persepsi keliru serta menumbuhkan sikap saling curiga.
"Sikap curiga yang berlebihan disertai tindakan main tuding, apalagi dalam amarah dan kurangnya jiwa sportifitas bukanlah karakter kehidupan demokrasi yang kita tuju," ujarnya.
Provokasi dan penghasutan kepada rakyat tanpa bukti, lanjut Presiden, juga bukan ciri-ciri demokrasi yang beradab.
Presiden mengingatkan tahapan Pemilu Legislatif mulai dari kampanye terbuka yang disertai rapat umum, pemungutan dan penghitungan suara, telah berjalan secara aman dan lancar tanpa terjadi benturan fisik maupun insiden yang berarti.
Hal itu, menurut Presiden, menunjukkan bahwa rakyat Indonesia semakin matang dan arif dalam berdemokrasi serta mampu menahan diri.
Sikap rakyat itu, kata Kepala Negara, justru menjadi hal yang patut dicontoh oleh para pemimpin dan elit partai politik di Indonesia. (*)
Editor: Guntur Mulyo W
Copyright © ANTARA 2009