NATO mengatakan pihaknya akan melakukan latihan yang melibatkan 1.300 tentara dari 19 negara mulai 6 Mei sampai 1 Juni di Georgia, bekas republik Sovyet yang dijanjikan akan menjadi anggota aliansi itu. Wilayah Georgia diserbu Rusia Agustus lalu.
"Ini tidak masuk akal dan satu provokasi," kata utusan Rusia untuk NATO Dmitry Rogozin kepada Reuters melalui telepon.
"Saya meminta sekjen NATO... menunda pelatihan ini atau membatalkannya," katanya.
Rusia, yang menganggap tetangganya Georgia sebagai bagian dari daerah pengaruh tradisionalnya, mengirim pasukan ke negara itu setelah pasukan Georgia berusaha menguasai kembali wilayah Ossetia Selatan yang pro Moskow.
Pengumuman NATO itu keluar pada saat aliansi itu sedang
membangun kembali hubungan dengan Moskow. Hubungan itu putus sebagai akibat intervensi Moskow di Georgia, tetapi awal tahun ini kedua pihak sepakat untuk memulihkan hubungan berskala penuh.
"Sebelum kami memulihkan kerjasama militer antara Rusia dan NATO, kami tidak ingin ada pelatihan militer yang diselenggarakan dekat perbatasan kami," kata Rogozin.
Ia mengatakan tidak ada janji tertulis menyangkut masalah ini dari NATO, tetapi itu jelas dipahami kedua pihak: "Ini jelas," katanya.
Rogozin menolak argumen NATO bahwa pelatihan itu telah direncanakan tahun lalu sebelum perang di Georgia.
"Kenyataannya bahwa mereka telah merencanakan telah lama tidak layak karena perang adalah satu kejadian diluar dugaan," katanya. "Untuk melakukan pelatihan militer di sebuah negara di mana perang baru saja berakhir adalah tidak mungkin."
NATO mengatakan pelatihan itu akan diselenggarakan 20km timur ibukota Georgia, Tbilisi dan bertujuan untuk meningkatkan koordinasi antara para anggota NATO dan negara-negara mitra mereka.
(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009