Singapura (ANTARA News) - Harga minyak naik di perdagangan Asia kamis, terdorong oleh kenaikan panjang Wall Street semalam, kata para analis.

AFP melaporkan, kontrak berjangka utama New York, untuk minyak mentah jenis light sweet pengiriman Mei naik 97 sen menjadi 50,22 dolar per barel.

Minyak mentah Laut Utara Brent untuk pengiriman Juni juga mengalami kenaikan 89 sen menjadi 53,33 dolar per barel.

Harga minyak terangkat oleh kenaikan panjang Wall Street karena para investor mengabaikan kenaikan yang lebih besar dari pada yang diperkirakan dalam cadangan minyak mentah Amerika Serikat, di mana menunjukkan suatu indikator melemahnya permintaan, tambah analis.

"Saya pikir itu merupakan suatu bagian dari pengaruh lanjutan dari kenaikan panjang di Wall Street," kata Jason Feer, wakil presiden analis pasar energi Asia Pacific Argus Media di Singapura.

Departemen energi Amerika Serikat (DoE) mengatakan Rabu bahwa cadangan minyak mentah negara itu naik 5,6 juta barel pada pekan yang ebrakhir 10 April lalu menjadi 366,7 juta barel, tingkat tertinggi sejak September 1990.

Inventaris minyak mentah saat ini 16,5 persen lebih tinggi ketimbang pada waktu yang sama tahun lalu.

Laporan DoE adalah sebuah fokus utama untuk pasar minyak, karena Amerika Serikat adalah negara konsumen energi terbesar di dunia, diikuti China di urutan dua.

Pasar juga terseret turun oleh data resmi yang menunjukkan bahwa produksi industri AS turun pada Maret, penurunan bulanan ke lima berturut-turut sebesar 1,5 persen, ke level terendah dalam satu dekade di tengah resesi yang berkepanjangan.

Sementara itu Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) telah menurunkan estimasi untuk permintaan minyak dunia lagi, mengantisipasi bahwa sebuah "kontraksi yang menghancurkan" dalam konsumsi akan mempertahankan harga di bawah tekanan dalam beberapa bulan mendatang.

"Dalam bulan-bulan mendatang, pasar diperkirakan masih di bawah tekanan dari ketidakpastian prospek ekonomi, permintaan yang memburuk dan ketergantungan substansial dalam pasokan," tulis Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dalam laporan bulanan terakhirnya.

OPEC memperkirakan bahwa permintaan akan turun dengan 1,37 juta barel per hari atau 1,6 persen pada 2009.

Dalam buletin bulanan sebelumnya yang dirilis Maret, OPEC telah memproyeksikan penurunan 1,01 juta bph untuk 2009.

Para pedagang juga kecewa terhadap proyeksi Badan Energi Internasional (IEA) pada Jumat lalu, bahwa ekonomi global akan mengalami kontraksi 1,4 persen pada 2009, menggantikan ekspansi moderat.

IEA memangkas permintaan minyak global 2009 satu juta barel per hari menjadi 83,4 juta barel per hari, lebih rendah sekitar 2,4 juta barel di banding 2008 dan terendah sejak 2004.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009