Jenewa, (ANTARA News)/Xinhua-OANA) - Pejabat tinggi hak asasi manusia di PBB, Rabu, menekankan pentingnya upaya memerangi rasisme dan kembali mendesak semua negara agar mengatasi perbedaan pendapat mereka mengenai konferensi anti-rasisme yang direncanakan diselenggarakan di Jenewa pekan depan.

"Nyawa jadi taruhan. Masa depan dan harapan korban rasisme yang sangat banyak berada di tangan anda," kata Navy Pillay, Komsaris Tinggi PBB Urusan Hak Asasi Manusia, kepada peserta pertemuan persiapan bagi Durban Review Conference, seperti dikutip dari Xinhua-OANA.

Ia juga mendesak semua peserta agar "mengakhiri perbedaan mereka dan menemukan konsensus" mengenai kalimat rancangan deklarasi yang akan dikeluarkan pada akhir konferensi 20-24 April.

Durban Review Conference dimaksudkan untuk membukukan kemajuan dan penerapan Durban Declaration and Programme of Action (DDPA), dokumen bersejarah anti-rasisme yang disepakati secara konsensus pada akhir World Summit against Racism 2001 di Durban, Afrika Selatan.

Namun Israel dan beberapa negara Barat telah mengancam akan memboikot pertemuan tersebut karena khawatir pertemuan itu dapat berakhir dengan pengulangan konferensi 2001, yang mereka katakan adalah "forum anti-Semitisme".

"Delapan tahun berlalu, tindakan dan janji anti-rasisme belum berhasil menetapkan peraturan bagi tindakan diskriminasi dan tanpa toleransi bagi tumpukan puing sejarah yang menjijikkan," kata Pillay kepada peserta pertemuan persiapan Rabu.

"Tujuan yang ditetapkan di dalam DDPA belum dicapai. Kenyataan ini mesti mendorong kita mencapai dasar yang sama, tempat untuk bergerak maju berjuang melawan rasisme," katanya.

"Alat dan kemampuan untuk mencapai sasaran yang dijabarkan di dalam DDPA dapat dijangkau jika kita tetap terikat komitmen pada semua sasaran itu," katanya.

Dalam pertemuan Rabu, satu versi rancangan deklarasi yang telah diubah bagi konferensi anti-rasisme mendatang juga dikeluarkan.

Diplomat Rusia Yuri Bouchenko, pemimpin kelompok kerja yang bertugas mengembangkan rancangan dokumen hasil, menyampaikan harapan bahwa teks 17 halaman yang baru diubah tersebut, yang dilandasi atas konsultasi luas dengan berbagai negara, akan memenuhi keprihatinan semua peserta dan dapat disahkan secara konsensus.(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009