"Ada beberapa pengaruh namun sejauh ini kami dapat mengatasinya dengan baik," kata Tomasz Lukaszuk di Jakarta, Rabu.
Pemerintah Polandia, kata dia, telah berkomitmen untuk terus mendorong berkembangnya sektor riil guna mencegah meluasnya dampak dari krisis global itu.
Ia juga mengatakan bahwa dibandingkan dengan sejumlah negara Eropa yang lain Polandia relatif lebih baik kondisinya karena negeri itu belum memasuki zona Euro.
Zona Euro terkena dampak yang signifikan dari krisis keuangan global itu, katanya.
Selain itu, kata dia, pemerintah Polandia sejak lama juga telah menerapkan kebijakan untuk membatasi kredit perorangan ataupun perusahan, sebuah hal yang menjadi awal dari krisis global saat ini.
Krisis keuangan global yang telah melanda dunia beberapa bulan terakhir ini salah satunya dipicu dari macetnya kredit perumahan di Amerika Serikat.
Akibat dari krisis itu hampir seluruh negara di dunia harus mengoreksi kembali perkiraan pertumbuhan ekonominya. Salah satunya Polandia. Lukaszuk mengatakan pertumbuhan ekonomi negeri itu saat ini hanya berkisar sekitar 3 persen.
Sementara itu terkait dengan hubungan dwipihak dengan Indonesia, Lukaszuk mengatakan bahwa kedua negara memiliki kerjasama perdagangan yang cukup baik.
"Nilai kerjasama perdagangan kedua negara tahun lalu mencapai 600 juta dolar AS, dan tahun ini saya targetkan dapat mencapai 700 juta dolar AS," katanya seraya menambahkan bahwa target perdagangan kedua negara dua tahun mendatang adalah mencapai 1 miliar dolar AS.
Sementara itu pekan lalu Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengumumkan akan menggelar konferensi tingkat tinggi (KTT) global Juni depan untuk membahas dampak krisis ekonomi dunia terhadap pembangunan.
"Di tengah seriusnya seriusnya kemerosotan ekonomi sejak Depresi Besar, kita kini mempunyai kesempatan dan tanggungjawab untuk mencari cara-cara pemecahan demi kepentingan semua negara, kaya atau miskin, besar atau kecil," kata Ketua Majelis Umum Miguel D`Escoto di Markas Besar PBB di New York, setelah badan dunia beranggotakan 192 negara itu menyetujui resolusi pelaksanaan KTT 1-3 Juni.
Dia menegaskan bahwa, dalam upaya ini, yang penting adalah memiliki pakar-pakar teknis dan pelaksana yang arif dari seluruh dunia, serta dari negara-negara pada tahap apapun pembangunannya. Selain itu, juga perlu pakar dari organisasi-organisasi internasional, akademisi, organisasi-organisasi sektor swasta, dan masyarakat sipil.
Selain dampak krisis terhadap pembangunan, KTT juga akan memfokuskan pada pembahasan-pembahasan perubahan yang sedang berlangsung, serta memperkuat sistem arsitektur ekonomi dan keuangan internasional.
Komisi Pakar dipilih oleh D`Escoto sendiri dan dipimpin oleh pemenang Hadiah Nobel Perdamaian Joseph Stiglitz yang menyatakan bahwa, struktur keuangan internasional harus diperiksa secara seksama dalam menghadapi krisis ekonomi global sekarang.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009