Jakarta (ANTARA) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengatakan Indonesia perlu memiliki perangkat deteksi virus Corona buatan lokal yang spesifik untuk orang Indonesia dalam menangani pandemik COVID-19 di Tanah Air.

"Virus cenderung cepat bermutasi, hasil mutasi berbeda-beda di setiap negara. Hal inilah yang menjadi tantangan dalam pengembangan RDT Kit (perangkat diagnostik cepat). Selain cepat, RDT Kit juga harus sesuai, sensitif dan spesifik," kata Kepala BPPT Hammam Riza dalam rilis yang diterima ANTARA, Jakarta, Rabu.

Untuk itu, Pemerintah Indonesia melalui Gugus Tugas (Task Force) Riset dan Inovasi Teknologi untuk Penanganan COVID-19 (TFRIC19) akan mengembangkan kit deteksi virus Corona spesifik untuk orang Indonesia melalui sampel dari orang Indonesia yang menderita COVID-19. BPPT menjadi koordinator atas gugus tugas itu.

Perangkat uji diagnostik cepat (rapid diagnostic test kit) itu akan dikembangkan dengan memanfaatkan strain virus yang berasal dari orang Indonesia yang terinfeksi COVID-19 dengan status transmisi virus bersifat lokal.

Baca juga: BPPT koordinasi pengembangan alat deteksi virus corona

Baca juga: BPPT: dorong big data untuk integrasi data kesehatan nasional

"Rencana aksi pengembangan kit deteksi COVID-19 menjadi prioritas pertama untuk segera dilaksanakan," ujar Hammam.

Perangkat tersebut akan bermanfaat untuk percepatan skrining pada pasien dalam pengawasan (PDP) dan orang dalam pemantauan (ODP) dalam rangka mengendalikan penularan dan penyebaran COVID-19 di Tanah Air.

Terkait perangkat deteksi virus Corona buatan luar, Hammam menuturkan penting dipastikan kesesuaian perangkat itu dengan kondisi wabah di dalam negeri.

Hammam mengatakan perlu dilakukan technology clearing untuk memastikan bahwa produk-produk untuk deteksi COVID-19 yang didatangkan dari luar itu memenuhi persyaratan teknis dan sesuai dengan kondisi wabah di Indonesia.

Selain melakukan akselerasi dalam pengembangan perangkat rapid diagnostic test (RDT) untuk mendeteksi COVID-19, TFRIC19 juga akan memperkuat laboratorium uji dalam kapasitas melakukan analisis gold standard PCR (polymerase chain reaction) berbasiskan data kondisi virus Indonesia saat ini.

Dalam melakukan kegiatannya, TFRIC19 berencana menggunakan whole genome sequencing untuk keperluan pembuatan vaksin, deteksi dan epidemiologi COVID-19 Indonesia.

Uji diagnostik non PCR (non PCR diagnostic test) yang akan dikembangkan yaitu uji diagnostik cepat (rapid diagnostic test) berbasis antibodi Immunoglobulin G (IgG)/Immunoglobulin M (IgM) dan uji deteksi cepat berbasis antigen. Keduanya akan dikembangkan menggunakan virus yang ada di Indonesia.

"RDT kit yang dikembangkan secara lokal ini sangat penting karena menggunakan sampel penderita di dalam negeri. Kami kembangkan kit ini dalam bentuk dipstick dan micro chip,” tutur Hammam.

Gugus tugas itu juga akan mengembangkan uji diagnostik berbasis PCR yang sesuai dengan mutasi terbaru COVID-19.*

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020