Gresik (ANTARA News) - Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik, Chusaini Mustaz, Selasa, mencemaskan hasil pelaksanaan ujian nasional (UN) tahun 2009 di wilayahnya anjlok, menyusul besarnya angka ketidaklulusan siswa dalam try out yang digelar dispendik (23/3) lalu.
Kekhawatiran muncul, lantaran soal yang diujikan telah disesuaikan dengan standar naskah asli. Baik bobot soal, maupun standar kelulusan juga disamakan. Karena itu, ia merasa khawatir jika hasil uji coba menunjukkan rendahnya kualitas pelajar Gresik.
"Standar unas kami terapkan di try out. Termasuk standar kelulusan 5,50," katanya.
Justru, angka ketidaklulusan siswa paling banyak dijumpai untuk jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, mencapai 81,75 persen dari 3.821 siswa, disusul Bahasa Indonesia 61,97 persen dari 378 siswa, dan IPA 57,82 persen dari 3.477 siswa.
Ketidaklulusan siswa ini hampir merata dijumpai di 103 lembaga sekolah SMA/MA negeri swasta.
Menurut Chuzaini, ada berbagai faktor penyebab tingginya angka ketidaklulusan siswa, antara lain mulai dari ketidaksiapan siswa, pengaruh guru dalam memberikan pelajaran, hingga keterbatasan fasilitas sekolah, seperti sekolah di pelosok desa.
"Jadi tidak selalu sekolah favorit yang fasilitasnya lengkap, dengan tenaga pengajar handal, jumlah kelulusan siswanya pasti banyak," katanya.
Karena itu, ia minta pihak terkait untuk memaksimalkan sisa waktu yang ada guna meningkatkan kemampuan siswa.
"Yang saya harapkan dengan standar kelulusan 5,0, prestasi Kabupaten Gresik bisa tetap dipertahankan. Tahun lalu kami memperoleh peringkat 1, 3, dan 5 se Jatim untuk IPA, dan Bahasa Indonesia berhasil memperoleh peringkat 1,2,3, dan 6, " katanya.
Sementara itu, naskah ujian nasional, Selasa (14/4) telah tiba di Polres Gresik. Naskah itu akan dibagikan H-3, Jumat (17/4) ke beberapa polsek, lalu oleh polsek pada hari H didistribusikan ke sekolah.
Khusus dua kecamatan di Bawean, yakni Kecamatan Sangkapura dan Tambak, mulai Rabu (15/4) akan dikirim melalui jalur laut. Soal akan diserahkan kepada Polsek Sangkapura dan Tambak.
Pendistribusian soal dilakukan lebih awal, karena letak kedua kecamatan tersebut cukup jauh dari pusat kota.
"Kami tidak mau mengambil resiko terlambatnya pendistribusian, akibat jauhnya jarak tempuh. Kapal pengangkut juga tidak setiap hari ada. Dalam pendistribusian soal, juga mendapat pengawalan ketat dari polisi," katanya.
Sementara untuk tenaga pengawas dalam ujian nasional dibedakan menjadi dua pengawas, yakni pengawas satuan pendidikan, dan pengawas ujian nasional.
Pengawas satuan pendidikan, kata Chusaini didatangkan dari Universitas Airlangga Surabaya sebanyak 92 pengawas, dan dari pendidikan menengah 18 pengawas.
"Mereka ditugaskan untuk mengawasi pelaksanaan ujian. Mereka juga tidak boleh masuk ke ruang ujian, boleh masuk jika terjadi adanya kecurangan, namun harus seizin kepala sekolah," katanya.
Untuk pengawas ujian nasional tersedia sedikitnya 1.112 yang masing-masing kelas diisi oleh dua orang pengawas ujian.
Tak hanya itu, pengawasan ujian juga melibatkan personel kepolisian. Sebanyak 60 aparat dari Polres Gresik diterjunkan untuk mengawasi pelaksanaan ujian, kata Kepala Bagian Bina Mitra, Ajun Komisaris Polisi, Sumadi.
"Masing-masing sekolah dijaga oleh satu sampai dengan dua petugas," katanya.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009