Semarang (ANTARA News) - Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, mengadakan penelitian dan menilai bahwa bus rapid transit (BRT) belum layak dioperasikan.
Ketua BEM Undip, Yudha Prakarsa di Semarang, Senin mengatakan, pihaknya telah mengadakan penelitian sejak bulan Januari 2009 mengenai evaluasi rencana operasional proyek BRT.
Hasil penelitian tersebut, kata Yudha, menemukan bahwa BRT akan terkendala permasalahan finansial, sehingga belum layak untuk dioperasikan dalam waktu dekat.
Padahal, kata Yudha, Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang sudah berencana untuk mengoperasikan BRT mulai 2 Mei 2009.
"Hasil penelitian tersebut rencananya akan dipublikasikan secepatnya kepada masyarakat," kata Yudha tanpa menyebut tanggal publikasi penelitian tersebut.
Pengurus BEM Undip lain, Apung Widadi, menjelaskan, permasalahan finansial tersebut disebabkan rendahnya tingkat pengembalian dan lamanya waktu pengembalian modal (BEP).
Berdasarkan penelitian tersebut, total investasi untuk menyediakan infrastruktur BRT setidaknya Rp97,24 miliar, sementara laba yang dihasilkan hanya sekitar Rp1 miliar per tahun, kata Apung.
Selain itu, sarana dan prasarana yang mendukung pengoperasian BRT, antara lain halte, jalur, terminal, dan tarif belum dipersiapkan secara optimal, memperkuat temuan bahwa BRT belum layak dioperasikan, kata Apung.
Ia menambahkan, proyek BRT juga harus mempertimbangkan pengaruhnya dengan sarana angkutan umum yang lain, sebab jika tidak diperhitungkan dengan cermat, dikhawatirkan akan menimbulkan konflik sosial.
Kemudian, kata Apung, pengoperasian BRT nantinya harus benar-benar menguntungkan masyarakat, dan menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan transportasi di Kota Semarang.
"Dibutuhkan komitmen dan niat baik dari para stakeholder untuk mewujudkan sarana transportasi yang nyaman, ekonomis, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan," katanya.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009