Kolombo (ANTARA News/Reuters) - Sri Lanka menyatakan, Senin, Norwegia tidak lagi menjadi penengah perdamaian antara pemerintah Kolombo dan Macan Tamil, sehari setelah demonstran pro-pemberontak menyerbu Kedutaan Besar Sri Lanka di Oslo, ibukota Norwegia.

Kementerian Luar Negeri Sri Lanka memanggil duta besar Norwegia, Senin, untuk menyampaikan protes resmi setelah demonstrasi itu berubah menjadi keras dan demonstran, yang merekam aksi mereka dan memasang video itu di Internet, berhasil kabur tanpa ada yang ditangkap.

"Dalam keadaan seperti ini, pemerintah Sri Lanka menganggap bahwa tidak mungkin lagi Norwegia bertindak sebagai fasilitator dalam proses perdamaian," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.

Itu berarti Norwegia tidak bisa lagi memainkan peranan sebagai salah satu dari empat penengah, bersama-sama AS, Inggris, dan Jepang, dalam perundingan perdamaian Sri Lanka yang macet.

Kementerian itu mengatakan, Norwegia telah menunjukkan kelalaian dalam kewajibannya untuk melindungi kedutaan Sri Lanka di Oslo meski telah ada permintaan berulang kali bagi pengamanan yang lebih baik sejak protes dilakukan di banyak kota dunia dimana ada penduduk Tamil dalam jumlah besar.

Duta Besar Norwegia untuk Sri Lanka, Tore Hattrem, menolak berkomentar ketika dihubungi oleh Reuters dan mengatakan, kementerian luar negeri di Oslo akan segera memberikan pernyataan.

Dalam insiden Minggu, sekelompok pemrotes Tamil menyerbu Kedutaan Besar Sri Lanka di Oslo pada hari kelima demonstrasi di ibukota Norwegia tersebut untuk menuntut penghentian perang di Sri Lanka.

Even Joerstad, seorang inspektur polisi Oslo, mengatakan kepada AFP, sekitar 100 demonstran berusaha menyerbu kedutaan Sri Lanka pukul 14.00 waktu setempat (pukul 20.00 WIB), dan beberapa orang yang tidak diketahui jumlahnya berhasil masuk.

"Ada sekitar 100 orang di luar namun kami tidak tahu berapa jumlah orang yang masuk ke dalam kedutaan itu," kata Joerstad.

"Mereka berada di dalam selama sekitar empat atau lima menit dan kemudian keluar," kata polisi itu, dengan menambakan bahwa pemrotes memecahkan kaca kendela dan perabotan di luar bangunan tersebut.

Joerstad mengatakan, para pemrotes Tamil itu meninggalkan kedutaan tersebut atas permintaan polisi dan tidak ada orang yang ditangkap, dan situasi telah terkendali.

Ia menolak mengungkapkan berapa jumlah polisi yang berada di lokasi kejadian pada saat itu.

Ratusan orang Tamil melakukan protes di Oslo sejak 7 April untuk mendesak Norwegia menengahi gencatan senjata antara pemerintah Kolombo dan pemberontak Macan Tamil.

Penengahan Norwegia membantu mewujudkan gencatan senjata antara pemerintah Sri Lanka dan pemberontak Macan Tamil pada Februari 2002 namun perjanjian penghentian permusuhan itu kini tidak berfungsi lagi.

Presiden Sri Lanka Mahinda Rajapakse telah mendesak pemberontak Macan Tamil menyerah untuk menghindari pembasmian total.

Rajapakse, yang juga panglima tertinggi angkatan bersenjata, menolak seruan-seruan bagi gencatan senjata dan menekankan bahwa Macan Tamil harus meletakkan senjata dan mengizinkan warga sipil keluar dari daerah-daerah yang masih mereka kuasai.

Gerilyawan Tamil dikepung selama berbulan-bulan di sebuah daerah hutan kecil oleh pasukan yang tampaknya hampir mengakhiri perang separatis mereka.

Sejumlah analis juga mengatakan bahwa Macan Tamil semakin mendekati kekalahan dan perang akan segera berakhir.

Militer telah mencapai serangkaian kemenangan, termasuk merebut kembali Kilinochchi, yang diklaim Macan Pembebasan Tamil Eelam (LTTE) sebagai ibukota mereka, dan mengusir pemberontak tersebut dari Semenanjung Jaffna.

Pertempuran antara pasukan pemerintah dan pemberontak LTTE meningkat sejak pemerintah secara resmi menarik diri dari gencatan senjata enam tahun pada Januari 2008.

Pembuktian independen mengenai klaim-klaim jumlah korban mustahil dilakukan karena pemerintah Kolombo melarang wartawan pergi ke zona-zona pertempuran.

Lebih dari 70.000 orang tewas dalam konflik separatis panjang di Sri Lanka sejak 1972.

Sekitar 15.000 pemberontak Tamil memerangi pemerintah Sri Lanka dalam konflik etnik itu dalam upaya mendirikan sebuah negara Tamil merdeka.

Masyarakat Tamil mencapai sekitar 18 persen dari penduduk Sri Lanka yang berjumlah 19,2 juta orang dan mereka terpusat di provinsi-provinsi utara dan timur yang dikuasai pemberontak.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009