Ahli konstruksi dari Fakultas Teknik (FT) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Dr. Ir. Nuroji, MT, di Semarang Senin, peristiwa itu perlu diteliti agar diketahui penyebabnya dan siapa yang harus bertanggung jawab.
"Runtuhnya sebuah beton cor, bisa disebabkan oleh beberapa kemungkinan," kata mengomentari mengenai runtuhnya beton cor Plasa Simpanglima pada Sabtu (11/4) lalu.
Pertama, kata Nuroji, kemungkinan pihak pengelola gedung menambah atau mengalihkan fungsi suatu bangunan tanpa memperhitungkan konstruksi dengan matang.
"Misalnya, sebuah ruangan dalam bangunan bertingkat, semula digunakan sebagai ruang perkantoran, namun dalam perkembangan dan kebutuhan, akhirnya berubah fungsi menjadi areal parkir," katanya.
Pembangunan sebuah gedung, tentunya telah diperhitungkan dengan matang kekuatan struktur konstruksi yang disesuaikan fungsinya. "Perhitungannya, berapa beban yang sanggup diterima setiap meter perseginya," katanya
Ia mengatakan, apabila sebuah bangunan mengalami peralihan fungsi, sementara struktur konstruksi yang digunakan masih yang lama, akan riskan runtuh, sebab tidak akan sanggup menerima beban yang berlebihan.
"Kalau hal ini terjadi, yang harus bertanggung jawab adalah pihak pengelola gedung," katanya.
Kemudian, lanjut Nuroji, bisa juga disebabkan karena kesalahan analisis suatu struktur konstruksi bangunan, sebuah bangunan yang dibangun tanpa perhitungan struktur konstuksi yang matang, atau bahkan terjadi kesalahan desain.
"Pihak yang bertanggung jawab jika hal ini terjadi adalah structure engineering," katanya.
Apabila setelah diteliti ternyata sebuah bangunan tidak ada penambahan atau pengalihan fungsi, serta struktur konstruksinya juga sudah sesuai prosedur, maka kemungkinan kesalahan ada pada tingkatan kontraktor atau pengawas bangunan.
Disinggung tentang kemungkinan adanya penyusutan kondisi bangunan karena pengaruh usia, ia mengatakan, hal tersebut dapat saja terjadi, namun kemungkinannya sangat kecil.
"Sebab, sebuah bangunan beton bertulang mampu bertahan hingga puluhan tahun dengan struktur konstruksi yang tepat," katanya.
Ia menjelaskan, penyusutan atau sering disebut degradasi bangunan bisa disebabkan oleh beberapa hal, antara lain gempa bumi, pengaruh sulfat yang menyebabkan korosi, dan sebagainya.
Oleh karenanya, ia mengharapkan agar peristiwa tersebut diteliti dengan tuntas agar diketahui apa penyebabnya secara jelas dan bisa ditelusuri siapa pihak yang bertanggung jawab.
Selain itu, peristiwa tersebut hendaknya dapat dijadikan pelajaran dan perlunya dilakukan pengecekan kondisi bangunan agar peristiwa serupa tidak terulang, kata Nuroji.
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009