Jakarta (ANTARA News) - Palestina harus menyiapkan dana sekurangnya 2.000 miliar dolar AS untuk merehabilitasi dan merekonstruksi infrastruktur yang rusak pasca agresi militer Israel.

"Banyak infrastruktur hancur tidak dapat dipergunakan lagi," kata

Direktur Enviromental Quality Authority Palestina, I Al Baba yang mewakili 13 warga Palestina untuk mengikuti pelatihan yang diselenggarakan Departemen PU, Senin.

Sebagai gambaran, katanya, negaranya harus membangun 20 ribu rumah kembali yang hancur akibat aksi bombardir Israel dalam waktu dekat agar masyarakat yang berada di tenda pengungsian dapat tinggal di lokasi yang layak.

Menurut dia, saat ini warga Palestina mengalami kesulitan untuk sanitasi, air minum, dan listrik yang juga tidak dapat berfungsi akibat dibombardir tentara Israel, kemudian juga Pelabuhan Laut dan Udara tidak dapat dipergunakan lagi.

"Itu belum termasuk korban jiwa karena Israel menggunakan senjata kimia yang dilarang dalam peperangan sehingga dampaknya warga yang baru berusia 5 hari sampai 70 tahun menjadi korban keganasan senjata ini," ujarnya.

Al Baba mengatakan, pihaknya ke depan memang membutuhkan tempat-tempat berlindung semacam "shelter" apabila invansi militer kembali terjadi.

"Shelter bukan bunker, karena kalau bunker berkonotasi persembunyian perlengkapan perang. Kita menginginkan tempat berlindung bagi warga sipil yang kuat," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Badan Pembinaan dan Konstruksi SDM Departemen Pekerjaan Umum, Sumaryanto Widyatin mengatakan, dukungan Indonesia terhadap Palestina sangat besar.

"Terbukti unjuk rasa besar-besaran terjadi diseluruh Provinsi di Indonesia terhadap Kedubes maupun Atase di Indonesia setiap kali Israel melancarkan pengeboman terhadap warga Palestina," ujarnya.

Al Baba mengatakan, alasan memilih Indonesia untuk tempat latihan karena melihat dukungan dan solidaritas yang diberikan sangat tinggi, sehingga meski negara Eropa juga memberikan penawaran, mereka lebih memilih Indonesia.

Lebih jauh Sumaryanto mengatakan, fasilitas latihan tidak hanya indoor saja akan tetapi juga outdoor atau kunjungan lapangan sehingga mereka dapat melaksanakan praktek langsung di lapangan.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009