Medan (ANTARA News) - Korban tindakan kekerasan bermotif perampokan, Ny.Onaya Sitti Kadarsih (61) yang juga isteri Prof.H.Bachtiar Hasan Miraza, Guru Besar Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara (USU) dikebumikan Minggu petang di pekuburan keluarga di areal Mesjid Raya Al Masun, Medan.
Jenazah yang akhirnya bisa dilepas suaminya, Prof.Bachtiar Hasan Miraza setelah dioperasi di Rumah Sakit Elisabeth karena luka berat di kepala dihantam perampok yang belum berhasil ditangkap itu, dilepas para pelayat dari berbagai kalangan, pejabat Pemprov Sumut, Kota Medan, Perbankan, jajaran USU dan masyarakat lainnya.
Musibah dialami keluarga itu Minggu pagi dan baru diketahui tetangga, keluarga dan dan para kerabatnya setelah cucu perempuan Guru Besar USU itu dibangunkan kakeknya yang sudah berlumuran darah.
Akan tetapi, sang cucu tidak bisa mendapatkan informasi lebih banyak dari kakeknya kecuali mendengar kata-kata "ada rampok" karena setelah membuka pintu kamar melihat kakeknya sudah tidak sadar dan tidak jauh, di ruangan rumah di Jalan Prof.A.Sofyan Kampus USU itu dijumpai pula neneknya sudah terkulai tidak bernyawa lagi.
Menurut tetangga almarhum, jasad Ny.Naya Miraza sempat dibawa ke Rumah Sakit Dr.Pirngadi untuk di otopsi, sedangkan Prof.Bachtiar sempat dibawa ke RS.Brimob Polda Sumut kemudian dibawa ke RS.Elisabeth untuk mendapat perawatan, dan akhirnya dibawa sejenak ke rumah duka untuk melepas keberangkatan jenazah isterinya.
Menurut pantauan ANTARA News, para pelayat tampak saling bertanya dan menganalisis penyebab kejadian, lalu mereka kaitkan dengan prilaku dari kedua suami isteri yang justru diketahui berhubungan baik dengan banyak lapisan masyarakat, meski pihak kepolisian memperkirakan pembunuhan itu murni perampokan atau ada motif lain.
Pihak keluarga maupun Andjar Amri yang mewakili Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI) Sumut mengharapkan pihak kepolisian mengusut kasus itu sampai tuntas dan meningkatkan pengamanan di kawasan Kampus USU itu, karena akhir-akhir ini di wilayah USU tersebut banyak terjadi tindakan kriminal dan lainnya.
Almarhumah dan Prof.Bachtiar Hasan Miraza memiliki lima orang anak, tiga putra dan dua putri yang sudah dewasa dengan 14 orang cucu.
Menurut keterangan lain yang diperoleh, pelaku perampokan itu diperkirakan masuk dari bagian depan rumah dengan memanjat dinding naik ke lantai dua bangunan rumah, lalu masuk ke dalam dengan merusak pintu, menggunakan linggis yang diduga digunakan untuk membunuh korban.
Informasi lain yang diperoleh adalah setelah azan shubuh sebuah kendaraan yang berhenti di jalan di depan rumah membunyikan berkali-kali klakson dan ketika itu pemilik rumah diperkirakan bangun lalu disergap dan dipaksa penjahat mengikuti kemauannya lalu kemudian pemilik rumah dihantam hingga melukai Prof.Bachtiar dan menewaskan isterinya. (*)
Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009