Direktur Perencanaan Makro Bappenas Bambang Prijambodo di Jakarta, Minggu mengatakan hal itu terlihat dari kecenderungan penurunan ekspor terutama sejak triwulan IV/2008 yang mana ekspor tercatat turun 0,9 persen PDB dari triwulan sebelumnya 5,0 persen.
Permintaan domestik dalam bentuk konsumsi dan investasi juga menunjukkan perlambatan seiring tekanan gejolak perekonomian saat ini.
"Walaupun begitu, pertumbuhan ekonomi nasional masih berada dalam kondisi yang jauh lebih baik dibanding perekonomian negara-negara Asia lain," katanya.
Menurut dia, negara-negara Asia diproyeksikan terus mengalami penurunan makin parah bahkan negatif. Untuk itu, pemerintah perlu menciptakan stabilitas harga dan penguatan nilai tukar rupiah.
Pada kesempatan itu Bambang menyatakan sependapat dengan prediksi BI yang menyebutkan pertumbuhan triwulan I/2009 turun di bawah 5 persen.
Sebelumnya Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi triwulan I 2009 masih di atas 4 persen meskipun lebih rendah dari triwulan terakhir tahun lalu yang sebesar 5,2 persen.
Direktur Riset Bidang Ekonomi dan Moneter BI Made Sukada mengatakan bahwa pertumbuhan pada triwulan I 2009 ini akan lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Namun angka pasti berapa penurunan yang terjadi masih belum bisa dikatakan oleh Made Sukada.
"Tidak drastis (penurunannya), masih di atas 4,0 persen," katanya.
Namun, tambahnya, penurunan ekspor dan konsumsi di dalam negeri mau tidak mau telah menggerus target pertumbuhan ekonomi keseluruhan tahun sehingga BI memprediksi, pertumbuhan ekonomi 2009 Indonesia hanya berada pada kisaran 3-4 persen.
"BI berharap langkah-langkah pemulihan ekonomi global termasuk di negara maju akan cepat sehingga kembali memutar roda perekonomian dunia," katanya. (*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009
Dengan turun harga, nilai pertumbuhan ekonomi otomatis turun....tapi tidak masalah sepanjang volumenya tetap atau naik....
Yang penting volumenya.... baru nanti setelah normal baru nilainya...