Menurut Habibie, ini adalah kapal perang keempat milik TNI Angkatan Laut yang dibuat Belanda setelah KRI Diponegoro 365, KRI Hasanuddin 366, dan KRI Sultan Iskandar Muda 367. Kapal ini rencananya akan bertolak ke Indonesia dengan lama perjalanan sekitar 46 hari melalui Spanyol, Italia, Mesir, Jeddah, India, Sabang, Jakarta, dan Surabaya.
"Setidaknya kehadiran keempat kapal perang Indonesia ini, dapat memperkuat wilayah perairan tanah air kita dan negara-negara lain semakin segan dengan Indonesia," jelas Habibie.
Dia mengakui, saat ini, Indonesia masih mengalami kekurangan sejumlah armada kapal laut TNI untuk menjaga integritas, keamanan dan pertahanan serta kedaulatan wilayah perairan Indonesia. Hal senada diakui Komandan Satgas Yekda Korvet, Kolonel Laut pelaut Widodo. Dia memperkirakan bahwa Indonesia masih membutuhkan sekitar 270 unit kapal untuk mengcover keseluruhan wilayah parairan tanah air.
"Idealnya, untuk menjaga keseluruhan wilayah perairan Indonesia, dibutuhkan sepertiga untuk pangkalan, sepertiga untuk kebutuhan perbaikan dan sepertiga unit lainnya, digunakan untuk kegiatan operasi," jelas Widodo dan menambahkan bahwa jumlah kapal sebanyak itu, bisa memperkuat dan menjaga luas wilayah garis pantai Indonesia dari incaran para musuh yang ingin merongrong integritas tanah air.
Saat ini lanjutnya, jumlah kapal perang yang dimiliki TNI AL sekitar 150 unit, yang dimanfaatkan untuk menjaga dan mengamankan wilayah perairan Indonesia seluas 81.000 km. "Panjang garis pantai negara kita ini, merupakan yang terluas di dunia," jelas Widodo.
Lebih lanjut dia mengatakan, kehadiran keempat kapal perang milik TNI AL yang menelan biaya sekitar 1.700.000 euro per kapal ini, bisa lebih memperkuat integritas wilayah perairan Indonesia karena fasilitasnya didukung alat-alat tekhnologi yang lebih canggih.
Menurut Widodo, pembuatan keempat kapal ini (KRI Dipenogoro, KRI Hasanuddin, KRI Iskandar Muda dan KRI Frans Kaisiepo) merupakan program Departemen Pertahanan dan Keamanan yang dananya hasil kredit ekspor. Pengerjaan keempat kapal ini, dilakukan Damen Schelde Naval Shipbuilding sejak 2004.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009