Palembang, (ANTARA News) - Tingginya angka golput pada pemilu legislatif merupakan cerminan apatisme rakyat terhadap pelaksanaan pesta demokrasi 2009.

"Golput juga merupakan bentuk perlawanan rakyat terhadap pelaksanaan pemilu yang dinilai tidak akan mampu merubah negara ini menjadi lebih baik," kata pengamat politik dari Universitas Sriwijaya (Unsri) Palembang, Alfitri MSi, di Palembang, Sabtu.

Menurut dia, fakta tersebut harus disikapi partai dan penyelenggara pemilu dengan melakukan pembenahan dari segala bidang. Partai dan penyelenggara pemilu harus berbenah sehingga rakyat mau mengikuti pemilihan umum, tambah dia.

Khusus untuk partai, semua elemen yang terkait dengan kebijakan dan program partai harus dibenahi. Sehingga partai tidak semata-mata mengejar materi tetapi bagaimana menciptakan program untuk kepentingan rakyat, katanya.

Dia menjelaskan, keengganan rakyat memilih tersebut karena selama ini menilai percuma menggunakan hak mereka. Karena belum ada perubahan yang mendasar dalam kepemimpinan terutama yang mendepankan kepentingan rakyat, ujarnya.

Alfitri menambahkan, kalau para pemimpin yang terpilih baik di legislastif dan eksekutif memposisikan diri sebagai amanah rakyat.

"Saya yakin rakyat pun akan dengan senang hati mengikuti pesta demokrasi dan menentukan pilihan sesuai keinginan sebab kepercayaan terhadap pemimpin sudah tumbuh," tambah dia.

Ia mengatakan, kalau parpol dan penyelenggara pemilu lebih berpihak dalam mengakomodir kepentingan rakyat. Golput dipastikan akan bisa ditekan karena rakyat percaya terhadap pimpinan dan perwakilan yang mereka pilih melalui pemilu, katanya.(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009