Pattaya, Thailad (ANTARA News/AFP) - Negara Asia berharap pada Mei dapat menyelesaikan rincian pendanaan senilai 120 miliar dolar AS untuk memerangi krisis keuangan masa mendatang dan meluncurkannya secepat mungkin, demikian draf dokumen yang diperoleh, Jumat.
Pertemuan para pemimpin Asia Timur di kota resort Pattaya, Thailand, pekan ini akan mendukung keputusan para menteri keuangan mereka pada Februari untuk menambah pendanaan dari aslinya 80 miliar dolar.
Menurut draf yang diperoleh AFP, sepuluh pemimpin ASEAN bersama China, Jepang, dan Korsel akan menekankan pentingnya membuat lembaga pendanaan ini beroperasi "secepat mungkin".
Mereka akan mendorong materi keuangannya "untuk melanjutkan upaya mencapai kesepakatan" atas komponen utama pada pertemuan mendatang di Bali pada Mei, menurut dokumen yang dikeluarkan pada akhir pekan.
Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) akan menyumbang 20 persen dari 120 miliar dolar tersebut, sedangkan China, Jepang, dan Korsel akan menutup sisanya.
Pada pertemuan di Pattaya, Kamis, menjelang pertemuan tingkat tinggi, para menteri keuangan ASEAN setuju bahwa Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand masing-masing akan memberi kontribusi 4,76 miliar dolar dan Filipina menyumbang 3,68 miliar dolar.
Negara anggota ASEAN lainnya, Kamboja, Laos, dan Myanmar akan memberikan kontribusi berdasarkan jumlah cadangan devisa mereka, kata Menteri Keuangan Thailand, Korn Chatikavanij.
China, Jepang, dan Korsel akan mendiskusikan jumlah kontribusi masing-masing di antara mereka sendiri.
Lembaga pendanaan yang baru itu akan memperluas inisiatif Chiang Mai, skema pertukaran mata uang bilateral yang dibentuk setelah krisis keuangan Asia pada 1997-1998.
Di bawah skema baru, pertukaran akan bersifat multilateral, membuat mudah bagi negara yang berada di bawah tekanan untuk meminjam dana.
ASEAN beranggotakan sepuluh negara meliputi, Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009